Senin, 21 November 2011

Mitra Ummah (MU) DALAM EKSISTENSI BKI

Oleh : Abdul Latif
(Ketua BEM-J BKI)


Mata kuliah bukanlah sekedar teori yang wajib untuk dicatat, dipahami, ataupun dihafalkan. Akan tetapi hal itu lebih ditekankan pada aplikasinya dalam kehidupan. Yakni, dalam bentuk tindakan yang riil. Untuk itu perlu adanya wadah yang dapat menampung serta mengembangkan potensi keilmuan yang telah diperoleh. Sehingga, mahasiswa dapat mengembangkan potensi keilmuannya secara maksimal. Tidak salah kiranya jika mahasiswa jurusan BKI, menuntut adanya laboratorium khusus sebagai tempat belajar mengaplikasikan keilmuannya. Karena sebagai calon konselor ( yang katanya islam menjadi basicnya ), mahasiswa  BKI haruslah mampu mengintegrasi-interkoneksikan keilmuannya secara baik dan tepat, sesuai dengan jargon andalan UIN yang selama ini selalu dibangga-banggakan. Selain sebagai tempat untuk melakukan riset, hal itu juga untuk pengembangan mental bagi mahasiswa. Sehingga, tidak canggung ketika benar-benar terjun dalam masyarakat.

Adanya sarana dan pra-sarana bagi mahasiswa BKI sangatlah diharapkan. Agar nantinya dapat menghasilkan konselor-konselor yang profesional dan mampu bertanggung jawab terhadap diri serta lingkungannya. Selain itu, juga dapat mempertegas eksistensi BKI sebagai salah satu jurusan di fakultas Dakwah yang berperan aktif terhadap mahasiswanya.

Mitra Ummah yang lebih familiar dengan sebutan MU, adalah suatu Badan Otonom Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam yang ada di UIN Sunan Kalijaga (BOM-F BKI). MU sendiri lahir dari bentuk kegelisahan para mahasiswa  karena tidak ada ruang untuk mengaktualisasikan teori yang mereka dapat dari bangku kuliah. Dengan slogan “Wahana Aktualisasi Berbagi Solusi”, MU berusaha memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan teorinya ke dalam praktik nyata,  terhadap probematika yang ada pada masyarakat kontemporer. Adanya BOM-F BKI MU ini bukan hanya sekedar wadah harapan bagi mahasiswa untuk mempunyai laboratorium khusus BKI, akan tetapi MU juga memfasilitasi mahasiswa untuk belajar bagaimana berorganisasi.

Seiring dengan berputarnya waktu, tak sedikit mahasiswa yang ikut bergabung dalam naungan MU. Akan tetapi, dewasa ini tak sedikit pula dari mereka hanyalah sebagai penyumbang nama dalam daftar keanggotaan MU. Entah mengapa…? Mungkin juga perbedaan karakter dalam diri setiap individu dari masa ke masa, atau mungkin karena semakin ketatnya sistem yang diberlakukan kepada  mahasiswa, seperti presensi 75 % yang itu secara tidak disadari akan membentuk pribadi mahasiswa menjadi individualis. Meskipun dilain sisi mahasiswa lebih dituntut agar disiplin dalam perkuliahan.

Sempat dikhawatirkan MU akan kehilangan gairah perjuangannya, karena tak jarang agenda kegiatan yang telah terorganisir secara rapi tertutup begitu saja tanpa bekas. Bukanlah MU yang salah, akan tetapi oknum yang berperan di dalamnyalah yang seharusnya sadar bagaimana tanggungjawabnya terhadap eksistensi dan bagaimana nasib MU ke depan. Akan tetapi dengan melihat statistik dari pendaftaran calon anggota baru MU 2008, 2009, 2010, semoga inilah masa akan kembalinya Mitra Ummah sebagai wadah aktualisasi bagi mahasiswa khususnya jurusan BKI. Harapannya MU bukan hanya sebagai atribut yang ada dalam birokrasi kampus, akan tetapi bagaimana MU dapat berbicara banyak untuk menjawab tuntutan zaman. Dengan itu penerimaan anggota baru bagi MU baiknya lebih diprioritaskan untuk membentuk pribadi sebagai calon konselor yang memiliki jiwa integrity, loyalty, serta berkompetensi, yang diharapkan MU dapat memberi kontribusi positif pada mahasiswa dan juga terhadap perkembangan jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah bahkan Universitas secara luas.

Komentar Yuk..