Oleh : Fauzan Anwar Sandiah
Karir tidak jauh berbeda dengan
maksud yang terkadung dalam arti kata pekerjaan, meskipun Winkel mengatakan
bahwa jika kata pekerjaan diterjemahkan kedalam bahasa inggris sebagai job,
employment, masih belum menyatakan makna keseluruhan dari
kompleksitas makna pekerjaan bagi individu (WS. Winkel, 2010: 623-624). mungkin
itu pula yang menyebabkan kata bimbingan
konseling lebih tepat dipadu dengan karir,
sebagai terjemahan dari career, dan makna terdekat dengan occupation,dan vocation daripada
kata pekerjaan, dimana kata pekerjaan
dianggap tidak mewakili kepuasaan dan ketertarikan individu pada aktivitas yang
ditekuni, sehingga tidak melibatkan “panggilan hati” pada ketertarikan akan
suatu aktifitas (WS. Winkel, 2010:623-624).
sejak 1908, founder bimbingan
konseling, Frank Parson memulai disiplin ilmu ini, dengan gerakan bimbingan efisiensi kerja (istilah tim UNY, dalam BK Sekolah Menengah, 1993:1) yang sangat
mempengaruhi sistem pendidikan di Amerika saat itu (khususnya pada usulan
mengenai memasukkan unsur Vocational
Guidance pada kurikulum). maka sejak awal, gerakan bimbingan telah
berorientasi pada pembinaan individu terkait vokasi/karir. sehingga jika
bimbingan konseling berbicara dalam konteks karir tentu tidak asing lagi,
karena ini adalah awal embrio dari disiplin ilmu ini.
Individu dan karir
pandangan atau pemikiran seputar
individu dan karir, beberapa beragam, ada yang memiliki kesamaan dan bahkan ada
yang mengalami pengembangan. Frank Parson misalkan berasumsi bahwa dalam
menentukan karir individu, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan
melakukan korelasi terhadap kemampuan, dan tuntutan ideal dari sebuah pekerjaan,
kemudian adapula pandangan kelompok Ginzberg, yang mengklaim cara pemilihan
jabatan itu berjenjang, misalkan ada tahap fantasi(0-11 tahun), tahap
tentatif(11-17 tahun), tahap realistis(17-25 tahun). kemudian ada Anna Roe,
yang mengatakan bahwa perlakuan orangtua terhadap anak sangat mempengaruhi
pemilihan karir(meskipun akhirnya juga disangkal oleh Anna Roe sendiri).
kemudian adapula teorinya Donald Super (bagi penulis hampir mirip dengan teori
kelompok Ginzberg, Cuma berbeda pada prinsip, serta tidak adanya pengakuan akan
fase decline, dalam teori kelompok
Ginzberg. untuk mengujinya lebih jauh memerlukan studi tentang metodologi yang
digunakan oleh masing-masing). Donald Super memiliki pandangan akan
perkembangan karier, growth, eksplorasi, pemantapan, pembinaan, kemunduran.
masih ada beberapa lagi pemikiran
yang menyangkut individu dan karir didalam bimbingan konseling karir, namun
pandangan Donald Super akan Vocational
Maturity, bagi penulis merupakan konsep yang praktis dalam mendapatkan
keterangan mengenai sejauh mana individu dan karir berhubungan. Vocational Maturity, atau kematangan
vokasional, memberikan pedoman bahwa keberhasilan individu mengerjakan
pekerjaan secara bertanggungjawab dan dengan kesadaran penuh dapat menjadi
indikasi kematangan/pemantapan dengan karir tersebut.
bagaimana Islam memandang?
untuk catatan tambahan mengenai mengapa bimbingan konseling karir (BK
karir), diubah-judulkan menjadi bimbingan konseling islam karir (BKI Karir)?.
pertimbangan praktisnya adalah karena bimbingan konseling islam merupakan
bidang yang sedang penulis tekuni, dan yang kedua ini adalah upaya
menggelorakan perspektif islam didalam disiplin ilmu, sehingga mungkin jika
dianggap meng-asimilasi disiplin ilmu
tidak juga benar sepenuhnya. setidaknya konsep integrasi-interkoneksi
memberikan kemudahan dalam mendekati disiplin ilmu dengan “mengintervensinya”
melalui pendekatan similarisasi. (tapi bukan sekedar menyamakan konsep secara
apa adanya tapi juga tetap mengindahkan pendekatan konfirmatif dan korektif).
pada bagian ini akan menjadi
sangat panjang jika penulis harus mencoba secara mendalam mengusutnya, selain
juga karena keterbatasan kemampuan dalam kajian lintas perpspektif juga karena
keterbatasan akan waktu. maka secara singkat disini akan dibahas mengenai
mengapa BK Karir diubah-judulkan menjadi BKI Karir.
alasan pertama muncul secara
pribadi dari penulis ketika membaca buku karangan Malik Badri (1996),Dilema Psikolog Muslim (sebelumnya ini
merupakan karya terjemahan dari The
Dilemma of Muslim Psychologists 1979, penulis belum mendapatkan informasi
apakah karya ini telah mendapatkan revisi atau belum), kemudian ada buku Anwar
Sutoyo, Bimbingan Konseling Islami Teori
& Praktik(2009), dan banyak lagi, Zakiah Darajat, Jalaludin Rakhmat, Hannah
Djumhana Bastaman dlsb, yang pada intinya melihat ada ketidakutuhan dalam
melihat teori-teori psikologi mengenai manusia. sehingga menyebabkan kesalahan fatal dalam
kelanjutan implementasinya dalam applied
science.
dalam konteks bimbingan karir,
apakah individu yang memilih pekerjaan berdasarkan pada rasa puas, Vocational Satisfication sudah
terselesaikan problemnya?. dalam bimbingan konseling islami (islam atau islami juga
belum akan dibahas dalam tulisan ini), tema pokok mengenai manusia adalah
tentang kembali kepada fitrah(Anwar
Sutoyo, 2010:23,41), kembali pada fitrah berarti mengarahkan manusia
berdasarkan pada potensi bawaannya (pada bagian ini harus penulis akui amat
sangat luas jika membahas ini terutama karena ini menyangkut Al-Qur’an, maka
kaidah-kaidah penggunaannya pun perlu dipertegas akan tetapi untuk menghindari
terlalu luasnya cakupan pembahasan maka terkait metode, model tafsir silahkan
melihat pada buku Anwar Sutoyo, Bimbingan
Konseling Islami Teori & Praktik). konsep kembali pada fitrah ini berimplikasi pada keseluruhan padangan
dalam bimbingan konseling islam, termasuk bimbingan konseling islam karir (BKI
Karir).
juga berarti dalam konteks
bimbingan konseling islam karir (BKI Karir), individu sebagai ciptaan Allah Swt
tidak mungkin lepas dari tuntutannya sebagai makhluk yang hanya memiliki fungsi
sebagai pengabdi. dengan kata lain segala macam karir tidak bisa dipisahkan
dengan nilai-nilai ini. pemahaman yang ditawarkan BKI Karir adalah bahwa semua
pekerjaan, karir, jabatan itu ditujukan untuk mengabdi dan mencari keridhoan
Tuhan.
dengan memulai pembahasan
bimbingan konseling karir dalam tanah islam tidak lantas juga memandang jauh
teori-teori yang sudah ada. akan tetapi perlu diingat teori-teori yang sudah
dibangun dalam bimbingan konseling karir pun banyak mendapatkan sanggahan
karena ketidakutuhannya. semisal teori Anna Roe, (dalam catatan WS. Winkel)
diakui oleh Anna Roe sendiri memiliki kekurangan. berupa tidak memperhatikan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi pilihan jabatan.
Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib