Oleh : Rina Mulyani
(Aktivis BEM-J BKI)
Cahaya fajar akan segera tunjukkan
existensinya. Binatang malam yang biasanya kompak dengan paduan suaranya,
tiba-tiba lebih memilih untuk mengheningkan cipta malam ini. Hanya semilir
angin yang terus mencoba menerobos ventilasi sepetak ruangan yang menjadi
tempat peraduan tiap-tiap malamku, temaniku gerakkan pena biruku di atas
lipatan kertas yang beberapa lembar lagi terlihat akan penuh.
Desember
malam ke 21 menjadi saksi dari lembaran-lembaran malam yang sebelumnya terasa
sulit sekali mata ini tuk sekedar terpejam. Padahal, mungkin di alam maya sana,
bunga tidur sedang antri tuk dapat kunikmati. Sayang...mata belum setuju untuk
kulelapkan. Rasio ini terus melayang, berfikir akan sesuatu yang entah
menari-nari membentuk goresan apa. Tak jelas. Untung saja persediaan kertas masih
ada banyak di balik laci mejaku. Nggak akan khawatir stok bakal habis.
Kubiarkan angan ini melayang bebas.
TentangMu, Tentang kuliah, tentang sahabat, tentang keluarga, tentang dia,
tentang zaman, tentang rencana masa depan, tentang hidup, tentang
mati, tentang hidup setelah mati, tentang hati yang
terkadang mati karena lepas kendali, tentang isi dompet sekalipun sempat
kupikirkan, tentang tangisan negeri ini, tentang ini, tentang itu dan tentang semuanya. Kucoba tak
kuluputkan satupun dari renungan bersama tarian penaku.
Saat semua mengalir, kucoba
tumpahkan beban yang buat dadaku sesak, ponselku menyala-nyala. Sengaja kupilih
senyap sebagai profilnya, karena aku nggak ingin nadanya menjadi pengganggu
kamar sebelahku, bisa-bisa ngomel tujuh turunan nggak habis Omaku. Oma paling
nggak suka dengan nada ponsel. Katanya manusia itu aneh, sebegitu bergantungnya
dengan benda satu ini, sampai-sampai mau sujud menghadap Tuhannya tetap saja
dibawa. Kalau nyawa telah dicabut izrail saja benda ini baru ia lepas (maklum,
oma lahir pada di zaman Indonesia masih berada di tangan adikuasa, jadi agak
asing dengan teknologi, mungkin saja waktu itu perusahaan ponsel belum selesai
garap konsep proyeknya, he”)
Kuraih dan segera kubuka, barangkali
penting terkait tugas kampus besok lusa. Ternyata salah, tertulis nama
“Azizi”. Kubaca isi pesan, senyum segera kuurai. Dia memang selalu buatku
berdecak kagum. Pesan singkat yang dirangkai dengan psikolinguistiknya yang
tentu punya kelas, jadi tidak tampak
bahwa maksud kalimat itu adalah sekedar pengingat untuk qiyamulail. Malas kutanggapi. Walaupun
tetap kulaksanakan setelah beberapa menit tulisanku selesai.
Pagi ini sepertinya aku libur kampus,
malas juga buat keluar. Meski baru aja Tiwi menghubungiku ngajak keluar. Rasanya kamarku masih ingin aku
menjadi penghuni tetapnya. “ Ayolah . .Ilma, kamu gak boleh terus- terusan
kayak gini, mengurung diri nggak jelas, kamu butuh ngerti suasana luar,,,”
paksa Tiwi padaku. “ Wi,,, aku nggak ngurung diri…lagian
dirumah aku juga nggak nganggur, banyak yang mesti tak slese’in. Tiwi ngajak yang lain aja yaach..?”
dengan terus meyakinkan Tiwi bahwa aku menolak karena aku lagi banyak
pekerjaan, bukan karena aku malas ketemu Rizal, aku tau pasti Tiwi ngajak Rizal
dan si gendut Iman buat keluar pagi ini.
Sebenarnya
memang aku malas ketemu laki-laki itu. Bukan apa-apa, terlalu aja dia itu berlebih.
Hmmm….Kenapa lagi-lagi jutaan manusia di
dunia ini selalu dibuat pusing jika berurusan dengan persoalan “CINTA ?????” Aneh
sekali……….(walaupun Termasuk aku juga….!!! J ). Tak taulah aku, mau gimana sikap Tiwi setelah ini, yang jelas seharian ini
akan kuhabiskan waktuku untuk bergerilya dengan tintaku, titik.
“Zidni…..Ilma…….zid khubbuka,,,,,
Seribu, dua ribu, tiga ribu,
bahkan tak terhitung lagi manusia selalu meminta, berharap, memohon pada Tuhan
mereka….untuk ditambahkan cintaNya, ditambahkan kasihNya, ditambahakan rohman
RohimNya, dikabulkan segala yang jadi ingin
pintanya. ……
”ud’uni istajiblakum...” begitu kata
Allah, harus digaris bawahi bahwa Tuhan
selalu mengurusi makhlukNYa, Dia tidak pernah merasa jemu menerima
keluhan-keluhan kita. Dia akan mendengarkan dengan setia apa saja yang kita
sampaikan. Bahkan dia akan marah jika ada hambaNya yang tidak memohon. Karena
kekasihNya, Rasulullah juga bersabda : “siapa yang tidak memohon kapda Allah,
maka murkalah Dia kepadanya”
Dalam hal ini Prof. Dr. Hamka dalam do’a-doa Rasulullah juga menyatakan: Kita
disuruh mendesakkan doa kita kepada Allah, yakni desakan dengan arti yang baik.
Doa bukanlah alamat dari kelemahan, melainkan akan menimbulkan kekuatan, yaitu
memberikan iklim positif atau menunjukkan jiwa semata-mata hanya kepada Allah.
Bebas mencari perlindungan kepada sesama makhluk. Karena dengan meminta kepada
sesama makhluk, pasti yang timbul hanyalah rasa jengkel. Mengapa meminta kepada
pintu yang tertutup, sedangkan pintu Allah saja selalu
terbuka........................................?”
Ting tong….”assalamu’alaikum…..” terdengar suara bel
dari balik pintu.
Grreggh, seketika Ilma hentikan tarian penanya. “ siapa ya,
pagi-pagi gini namu..?”, batinnya berontak. “ iyaaaa, wa’aalikumsalam….tunggu”, beranjak menuju sumber suara. Kreeeek…(terdengar pintu dia
buka). Hanya ada selembar amplop tanpa ada jejak penghantar. Tentu heran jadi
reaksi pertama Ilma, ada bel tapi nggak ada makhluk yang mencet. “ gila’…ada
setan siang bolong gini, wo’ow… apa ini?” sambil pelan-pelan
ia ambil amplop tanpa identitas itu, ia bolak-balik, nggak ada nama
pengirimnya. ” Ah, buang aja lah!” tapi kemudian pikirannya berikan stimulus, entahlah berapa detik jika
fisika ikut terapkan ilmunya buat ngitung, lebih cepat dari jalannya kilat
soalnya, hatinya serta merta saja setuju dan memberatkan tangannya untuk
melempar amplop itu ke tong sampah yang tepat berada di sebelah kanan pintu
masuk rumahnya.
Masuk kamar dengan dipenuhi jutaan
kalimat tanya, yang jika digambar, mungkin otaknya mirip dengan benang
layang-layang anak desa yang begitu ruwet karena nyangkut
di antara pohon, tiang listrik, dan pagar tanaman sekitar kampung. Hampir tak ditemukan
ujung pangkalnya. Mau tanya orang lain juga gak jelas siapaa yang akan
dia tanya. Ya sudahlah,,biar ketemu jawabannya dia buka, dan ternyata hanya
berisi kertas ukuran 10x10 cm. Tertulis simbol yang justru menambah deretan
tanda tanya di benaknya.” Ini petunjuk harta karun apa ya ??????? dasssar mau kasih rizki
aja, ribet! ! Tuhan….. ini hadiah dhuha ku apa gimana sich? huuuch, otak ku gak
sederajat dengan Einstein ini, mana bisa aku terjemahkan simbol gak jelas gini”. Sudah sebulan ini, hampir setiap hari Ilma selalu didatangi
amlop misterius di depan rumahnya, tanpa ada identitas yang jelas. Terkadang
berisi puisi, lain waktu isinya nasehat, walah-walah pokoknya kalau dibikin
sebuah buku, penerbit dah siap buat terbitkan.
Ilma memang sedikit ceplas ceplos,
tomboy-nya suka timbul tenggelam. Kadang kala cueknya nggak bisa dibendung. Walaupun di cassingnya
dia lebih banyak tampil sebagai muslimah yang kalem. Tapi dia cerdas, dan bisa memposisikan
dirinya kapan harus kalem, kapan harus
banyak argumen. Kali ini cueknya mendominasi. Masa bodoh dengan kertas
simbol itu, dia lempar ke dalam laci mejanya setelah dia lipat rapi, “ Siapa
tau bisa jadi bahan penelitian, tinggal bikin proposal, dan cari dosen
pembimbing, lulus deh!
He”” cengas-cengisnya santai.
“Sudah
hampir tahun ketiga perasaanku menari bebas, tak jelas, tak ada yang
mengerti, kecuali yang menciptakan rasaku….aku bukan patung, aku bukan hewan,
aku juga bukan iblis, apalagi malaikat. Kalau sabar tak ada batasnya? Apa
perasaan tak ada batasnya juga........Tuhaaannnnn........”
Belum tuntas, tiba-tiba gelombang radio dari
airphone yang menempel di telinganya keluarkan suara yang sepertinya perlu ada
perhatian khusus untuk pahami maknanya.
“Al-wadud terambil dari kata yang terdiri
dari huruf wawu dan dal berganda, yang mengandung arti “cinta” dan “harapan”.
Ahli tafsir al biqo’i menambahkan, rangkaian huruf tersebut mengandung arti
“kelapangan” atau “kekosongan”. Ia adalah kelapangan hati dan kekosongan jiwa
dari keinginan buruk. Bukankah yang sekedar mencintai sekali-kali hatinya kasal
terhadap kekasih yang dicintainya...? ya....kata ini punya makna cinta. Ia
adalah cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan”.
“Dalam
alqur’an al wadud ditemukan dua kali, dalam konteks anjuran
tobat(Q.S.hud;90) kedua tentang konteks sifat Allah(Q.S. Al Buruj:12-!3).
Menurut Quraisy Shihab, kata ”wadud” dapat dipahami dalam arti obyek
“yang mencintai dan yang mengasihi” dan dalam arti subyek yakni “yang
dicintai”. Allah wadud yakni yang dicintai makhlukNya dan Dia pun
mencintai mereka, kecintaan yang tentu saja tampak dalam kehidupan nyata.
“Komentator Alqur’an kontemporer Muhammad Asad
menambahkan “menanamkan cinta (endow with love) makna itu dipahami
dari Q.S Maryam : 96, dan dia mengatakan ” Bestow on them his love and endow
them with the capability to love his creation, as well as them to be loved by
their fellow men ”( menanamkan kepada mereka cintaNya dan menanamkan (pula) kepada mereka dengan
kapabilitas untuk mencintai ciptaanNYa, serta saling mencintai sesama manusia”
“Andai mampu........... kan qberikan cintaku untukmu atas Tuhanq...”
Akhir
kalimat itu sempat DJ menyebut bahwa paragraf singkat yang susah dimaknai oleh
Ilma itu adalah untuk dirinya. “Ini juga, dari si misterius.......! bener-bener
ini orang siapa siiichh? Bosan aku, tapi tiap kalimatnya emang ada benernya
juga”, celetuk Ilma dengan kesal sekaligus penasaran. “ Saatnya
mungkin besok akan kucek ke radio yang bersangkutan ini”
Belum tuntas ia melayang-layang
dengan urusan hatinya, kini kabar buruk menimpanya, kabar yang membuatnya
benar-benar ingin berontak, kabar yang buatnya benar-benar seketika buat tensi
darahnya naik, kabar yang buatnya ingin seolah membelah bumi tempat ia
berpijak, protes pada sang Illah, marah sejadi-jadinya pada Sang Robbul Jalil,
karena orang yang selama ini telah memicu semangatnya, yang selama ini
membangkitkan ghirahnya pada ilmu meluap-luap, yang selama ini juga buat dia
lemas seketika, tak berkutik ketika berhadapan dengannya, tak sanggup walau
hanya sekedar melihat tatapan matanya, yang selama ini sistem transportasi
darah mengalir seolah tanpa melalui bilik, jantungnya yang selalu berdentum
hebat, kalahkan pentasnya justin bieber bersama
loncatan jutaan fans ketika Ilma
komunikasi dengannya, yang tiap malam dalam pejaman matanya dia selalu hadir, yang
merubahnya tiba-tiba sok melankolis, yang buat dia jadi gila di atas khyalan
sadarnya, sungguh kejamnya dunia padanya saat itu, yang buatnya jadi kembali
gelap.
Sani…..
lima menit yang lalu, mobil MPV dengan nomor polisi AE 4115 IH telah
mengirim signal pada Izrail untuk segera mengantar Sani menyerahkan laporan
pertanggung jawaban masa hidupnya terhadap Illahi Robbi,,,,,,(innalillahi wa
inna ilaihi roji’un). Linangan air mata Ilma menetes bersamaan dengan
dikirimnya berita bahwa, ozi akhirnya berhasil memanipulasi dokumen-dokumen
persyaratan dia berangkat ke Australia. Parahnya, entah bagaimana akal busuk
manusia berhati batu itu telah memakai semua nilai-nilai hasil ujian yang
sebenarnya milik Ilma dia atas namakan dirinya. Otomatis Ilma gagal 100%
berangkat ke Australia dengan beasiswa itu. Padahal ini harapan, impian, dan
keinginan akbar Ilma yang selama ini ia perjuangkan berjalan bersama
harap-harap cemas perasaannya pada Sani. Dalam deretan pengumuman itu ada nama
Sanni yang sebenarnya juga turut berangkat. Namun ajal telah lebih dulu datang
menjemputnya.
Banjir air mata Ilma justru lebih
banyak tumpah karena Sani yang selamanya tak kan pernah kembali ia tatap, Cinta yang selama ini belum pernah
sedikit pun tersampaikan, harus kembali ia tanam dalam-dalam. Padahal selama
ini Sang misterius itu ternyata adalah Sani. Sani telah lama mangagumi Ilma,
dia sengaja menjadi pemuja rahasia karena ingin membuktikan seberapa jauh Ilma
tertarik padanya. Dia tak ingin semuanya instan, terjebak nafsu sementara, yang
tak pernah diketahui kemana arahnya. Dia sengaja menjadi detektif untuk
mengetahui batin terdalam Ilma. Walaupun Sani atau Ilma juga suka padanya.
Keterangan ini dia temukan dalam dokumen-dokumen pribadi Sani yang tersimpan di
dalam folder komputer yang oleh adiknya diperlihatkan pada Ilma, remuk
tulang-tulang Ilma ketika ia temukan sederat kalimat yang tertulis :
“ Australia
menjadi impian terbesarku tuk berlabuh, kembangkan lipatan-lipatan otak yang
selalu haus akan ilmu bersamamu..wahai az zahra qalbuku, kan kubangun gubuk
kecil di sana, beratap semangat, beralas jutaan rasa penasaran akan luasnya
pengetahuan, pintunya adalah uraian senyumanmu, jendelanya berupa rangkaian
fitrah cintaku, kesabaranku tak akan berujung sampai pintu hatimu dapat
kuketuk, wahai Ilmaku……”
Tak ada yang
bisa Ilma lakukan selain getarkan bibirnya seraya berbisik…”YA WADUD, KUATKANKU.
.” lirih Ilma dalam deraian air matanya.