Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Bem-J BKI menerbitkan Buletin tri Bulanan, KONSISTEN

Kamis, 29 Desember 2011

MIMBAR MAHASISWA ; ILMU DAN ETIKA

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah



Menimbang Kekuatan

Tidak bisa tidak kita nafikan kesadaran tertinggi manusia adalah bersifat kritis, sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Paulo Freire. Ungkapan kesadaran tertinggi ini mungkin sedikit berlebihan namun kenyataan yang terungkap lewat aktifitas demo mahasiswa cukup  menggambarkan bagaimana bisa saja asumsi ini terjadi. Sifat kritis memang pembuka siklus lompatan paradigma dan dipandang sebagai bentuk dasar pembeda eksistensi mahasiswa dan siswa, tapi apakah itu sepenuhnya benar?.

Untuk mencoba menjawab pertanyaan demikian setidaknya kita perlu dasar sumber “hukum” materil meskipun akan lebih penting jika kita juga memakai sumber hukum formil. Secara materil, eksistensi mahasiswa memang terekam lewat peristiwa-peristiwa besar Negara. Hingga akhirnya mahasiswa mendapat predikat agent of change, sebuah diksi yang secara hitungan kasar sebenarnya tidak sepenuhnya juga absolute, salah seorang wartawan senior Repuplika dalam salah satu diskusi terbuka pernah mengungkapkan agent of change yang sebenarnya adalah masyarakat. Baru pada taraf seperti ini terjadi tarik ulur antara eksistensi dan kejelasan eksistensi. Oleh karenanya untuk pada masalah tarik ulur seperti ini maka muncul sumber hukum formil yang nantinya akan mengarahkan dan setidaknya cukup untuk menjawab sebenarnya apa peran mahasiswa terhadap sekitarnya walaupun jika ia bukan agent of change.

Cukup jelas tertuang dalam Bab IV Tentang Hak Mahasiswa (Tata Tertib Mahasiswa) point a, yang berbunyi, “memanfaatkan kebebasan mimbar akademik untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat, baik lisan maupun tertulis, secara etis dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku”.  Secara formil peraturan yang berlaku pada wilayah UIN Sunan Kalijaga telah membuka ruang bagi segenap warga akademis untuk secara terbuka memanfaatkan yang namanya “Mimbar”. Namun tentu persyaratan pemanfaatan mimbar ini juga tetap dikawal oleh kaidah-kaidah tertentu. Yang pertama adalah bentuk penyampaian pendapat dapat bersifat lisan dan tertulis. Yang kedua etis dan bertanggung jawab, penyampaian gagasan lewat lisan dan tulisan haruslah memiliki pegangan metodologi yang kuat dan didukung analisis yang relevan. Fungsinya adalah agar pertanggungjawabannya jelas, sebagai warga akademis, akan cukup memalukan jika sampai pada point ini terlewatkan, dan ini berlaku bagi seluruhnya. Yang ketiga sesuai dengan perundangan yang berlaku artinya antara point pertama dan kedua tidak melangkahi perujukan peraturan yang lainnya, contohnya, pelaksanaan Bab IV Tentang Hak Mahasiswa point a, ini tidak bisa sampai bertentangan dengan UUD yang berlaku di Indonesia (karena dalam paradigma Ilmu Hukum, muatan yuridis yang menyatakan bahwa pelaksanaan-peraturan ‘sesuatu’ tidak bisa bertentangan dengan hukum yang nilainya lebih tinggi) atau sederhanya saja dalam kitab peraturan yang sama tidak bisa kita melangkahi Bab VI Pelanggaran Ringan dan Pelanggaran Sedang. (isi Bab VI Pelanggaran Ringan dan Pelanggaran Sedang yang mungkin saja terjadi adalah point b : Mengundang Dan/Atau Membawa Pihak Luar Universitas Ke Dalam Kampus Untuk Berdemonstrasi, dan point c : Mengganggu Kelancaran Proses Belajar-Mengajar Dan/Atau Kegiatan Perkantoran).


Mimbar (Mahasiswa) adalah Ilmu dan Etika

Pada bagian pertama tulisan ini berisi penjelasan mengenai bagaimana sebenarnya kekuatan mahasiswa dalam menggulirkan wacana, protes, dan pendapat. Hal ini perlu untuk dipertegas untuk menghindari adanya kekeliruan dalam membawa title suci “agent of change” tapi dengan kemasan yang frontalis. Pengguliran wacana, protes dan pendapat perlu secara tegas memiliki dalih yang disepakati agar tidak terjadi kesalahan dalam standar operasi kegiatan.

Mimbar adalah ilmu dan etika, wacana, protes dan pendapat tentu agar mendapatkan respon dan terjalinnya kerja sama perlu dasar pembangunan yang realistis, tidak subjektif, serta bukan profokasi. Oleh karenanya akan sangat tidak mungkin pengguliran wacana, protes dan pendapat melalui “kenyataan abstrak”, tentulah butuh rentetan logis antara tiap-tiap premisnya. Rentetan logis dalam premis akan memperlihatkan nilai pertanggungjawabannya dan akan menghindarkan kita seperti memancing di air yang keruh, sehingga berharap dapat tapi sejatinya hanya menunggu jatuhnya keajaiban.

Ilmu berarti pengetahuan terhadap sesuatu yang telah tersistematiskan, berarti memang pada dasarnya ilmu perlu penjelasan-penjelasan yang ‘utuh’. Sederhananya dalam menggulirkan wacana, protes dan pendapat, penggunaan ilmu sebagai perangkat analisis akan mempermudah kita dalam menyusun perencanaan dimulai dari unsur-unsur stakeholder, yang mana harus jelas, siapa yang dituju, unsur-unsur apa saja yang berkaitan dengan pengguliran wacana, protes dan pendapat tersebut.

Hal yang sesungguhnya kita hindari adalah propaganda didalam pengguliran wacana, protes dan pendapat. Sebagai mahasiswa kita tentu sangat tidak ingin berbagai unsur terlarang masuk pada kegiatan ‘pemanfaatan mimbar’. Mungkin akan menjadi semacam aib jika seandainya mahasiswa ternyata tidak menyadari bentuk propaganda dibalik pesan-pesan profokatif. Maka peran Ilmu sebagai perangkat analisis akan sangat membantu agar kita tidak ditunggangi kepentingan politik. Dengan perangkat analisis yang jelas tentu akan menambah nilai tambah tersendiri.

Namun tidak berhenti disitu saja, muncul juga skeptisisme dalam penggunaan perangkat analisis ini, apakah akan ada relevansinya?, bagaimana menunjang perangkat analisis agar mampu dijadikan senjata tapi tanpa melukai pihak lain?. Jawabannya adalah etika. Permainan kata-kata atau retorika sebagai produk dari perangkat analisis tentunya tidak pula seratus persen bisa kita pegang. Sebaik-baiknya kritis adalah menentukan duduk persoalan kemudian melihatnya dengan perspektif luas dengan horizon yang tinggi. Setidaknya itulah yang menjadi pegangan pribadi penulis. pemandangan yang sama akan memunculkan interpretasi yang bisa jadi 360 derajat berbeda. Jadi memang atmosfir yang terjadi relativif pada bagian ini tidak akan memunculkan waham-waham baru.

Karenanya memang perangkat analisis memerlukan etika. Etika akan mencoba membendung terbentuknya waham-waham baru. Meskipun pada tataran idealnya pengguliran wacana, protes dan pendapat adalah bertujuan untuk mengubah tapi juga tidak boleh didasarkan pada arogansi keilmuan sehingga tidaklah kita menjadi pembaharu yang bijak dan arif tapi malah sesat. Ilmu adalah ibarat senjata dan etika sebagai nurani pertimbangan. Sebagus apapun perangkatnya jika hanya melukai sesama tanpa ada lintas kearifan lokal didalamnya sama saja kita dengan takabur dan ‘pemanfaatan mimbar’ hanya akan menjadi retorika kosong dengan misi semu dan cenderung insidental.

Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka langkah selanjutnya adalah mulai untuk membuka lebar-lebar pendengaran dan penglihatan dan bersikaplah kritis!.

Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib

Rabu, 14 Desember 2011

Matakuliah Enterpreneur adakan Pesta Rakyat Konseling

(MIDI, BKI Online, 14/12/2011), puluhan mahasiswa jurusan bimbingan konseling islam (BKI) mengadakan "Pesta Rakyat Konseling", yang juga merupakan bagian dari aplikasi matakuliah enterpreneur. belasan stand penjualan makanan, minuman, aksesoris, pakaian dll meramaikan pesta rakyat konseling. pada acara yang hanya berlangsung sehari ini(14/12/2011), mahasiswa BKI terlihat sangat antusias menjajakan jualannya.

Nailul Falah, M.Si, selaku ketua jurusan BKI memberikan komentar, "konseling itukan berarti pengembangan potensi diri, acara atau kegiatan seperti ini secara positif dapat membantu mahasiswa konseling dalam mengembangkan potensinya masing-masing".

dosen sekaligus penggagas acara, Muhsin Kalida, MA, mengatakan bahwa yang namanya kegiatan enterpreneur(pasar rakyat konseling) tidak dibatasi latar belakang pendidikan, keilmuan, jadi mahasiswa konseling pun harus bisa melakukannya. lagipula kegiatan enterpreneur seperti ini bisa membantu para calon konselor mendapatkan skill marketing, ketekunan, mental, dan "tekan" (berusaha semaksimal mungkin)".

"kalau bisa acara seperti ini bisa ada kelanjutannya pak", selah seorang mahasiswa yang menjajakan jualannya.

Minggu, 11 Desember 2011

Guru, Siswa dan Pendidikan Karakter

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah

Suatu ketika didalam bus angkutan umum, beberapa siswa SMA duduk berjejeran, bersama dengan penumpang lainnya. Hingga berhentilah bus tersebut disalah satu shelter pemberhentian, dan masuk nenek renta kedalam bus, dengan sedikit tertatih-tatih beliau masuk kedalam bus berusaha mencari tempat duduk. namun sayangnya, semua tempat duduk sudah terisi. Dengan helaan nafas kecapekan, beliau terpaksa mencoba meraih pegangan tangan diatap bus, tidak terlihat satupun dari barisan siswa SMA tersebut berdiri dan mempersilahkan beliau untuk duduk. Pandangan para siswa tersebut acuh, dan seakan tidak mau tahu. Melihat beliau kesulitan, seorang wanita kantoran cepat berespon dan merangkul si nenek tersebut dan mengarahkan beliau untuk duduk ditempat yang diduduki oleh dia sebelumnya.

Doni Kusuma. A, sebagai salah-seorang penggiat pendidikan karakter, setidaknya telah merumuskan pendidikan karakter kedalam 12 pilar utama. Salah-satu diantaranya ialah, integritas moral. Penghargaan terhadap sesama, menjunjung nilai luhur, mendahulukan penegakan kejujuran dan keadilan merupakan bagian dari integritas moral tersebut, dan merupakan tujuan pokok dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter berupaya menciptakan manusia bermoral dan berkemajuan. Gambaran kisah bus diatas merupakan suatu tantangan tersendiri bagi kita semua. Kisah bus diatas telah memberikan sebuah refleksi tersendiri bahwa selama ini pendidikan kita nyatanya hanya mengutamakan bagaimana menghasilkan manusia dengan nilai jual tinggi tapi minim moral.  

Tanpa menafikan betapa indah budi siswa Indonesia lainnya, dan guru-guru dengan dedikasi tinggi terhadap pendidikan. Harus kita akui pula ada beberapa hal mengganjal pada kasus-kasus remeh yang menampar karakter ideal siswa, terlihat betapa calon pemimpin bangsa kita tidak bisa berempati terhadap kesusahan oranglain. Manusia tidak akan dianggap sebagai manusia jikalau tingkat empatinya cenderung minim. Bagaimana mungkin jikalau kita terus membiarkan keadaan ini bertahan lama. Mungkin tidak bisa dibayangkan bagaimana kedepannya pemimpin bangsa kita ini.

Tawuran sesama pelajar juga sungguh disayangkan, kapan mencari ilmunya jika yang dipikirkan hanya fanatisme geng sekolah. Akhirnya mau tidak mau kita harus beralih pada alasan klasik, yakni guru. Dalam hal apapun guru merupakan pionir pendidikan. Segala macam refleksi guru, tingkah laku guru, metode pembelajaran guru, akan sangat menentukan kualitas dari anak didik atau siswa.

Ketika mengajarkan nilai-nilai kehidupan bersosial, bertoleransi, dan hormat-menghormati didalam kelas, tidak jarang selesai mengajar guru selalu bertanya, “ada yang kurang paham?”. Mungkin agak jarang guru yang menutup sesi ceramah dengan berkata, “nah jadi inilah perbedaan antara siswa yang sudah memahami dan belum..”. hal inilah yang menurut John Holt menjadi titik kegagalan guru. Siswa tidak boleh disalahkan atas apa yang seharusnya mereka ketahui tapi pada kenyataannya tidak mereka ketahui.

Menurut Jhon Holt siswa bukan tidak bisa bertanya, tapi mereka rata-rata belum paham mana yang sudah dikategorikan memahami materi dan mana yang belum memahami materi. Makanya jangan heran, siswa dijejali matapelajaran tentang nilai-nilai kemanusiaan setumpuk banyaknya, tapi begitu masuk pada dunia nyata, seakan jauh panggang diatas api.

Siswa kurang diajarkan untuk kritis, sebagai bagian dari pendidikan karakter. Jika ada siswa yang menegur guru untuk tidak merokok didalam kelas, guru biasanya tersinggung bukannya bahagia. Kemudian ada juga siswa yang berani mengajak gurunya untuk berkelahi, ini sebenarnya bagaimana?. Siswa yang berani mengajak guru berkelahi, tentu punya latar belakang mengapa bisa seperti itu. Cara terakhir mengakhiri ‘kenakalan’ siswa adalah dengan mengeluarkannya, karena dicap meresahkan warga sekolah. Ujung-ujungnya cap meresahkan warga sekolah secara tidak langsung akan jadi label kepribadian yang jika salah direnungkan akan berubah menjadi konsep diri sendiri. 

Integritas dalam pribadi siswa tidak terbentuk instan melalui bacaan ataupun ceramah guru. Mereka perlu teladan disekolah, entah itu dari satpam sekolah, pedagang sekolah dan guru. Jika tidak, maka mereka (para siswa) akan mencari sosok idola lewat artis, publik figur, rekan sejawat, dll. Beruntung jika ternyata pihak luar lingkungan sekolah formal itu bisa memberikan teladan yang baik. Tapi tentu dengan fakta-fakta yang ada, ternyata kita tidak bisa berharap banyak. Mau tidak mau guru harus tetap berusaha mengembangkan metode pengajaran yang holistik baik itu dalam sisi konten materi ataupun sejalan dengan perilaku guru. 

Tidak ada manusia yang ingin belajar dari seorang guru yang tidak menjalankan apa yang telah diucapkannya. Siswa untuk sementara waktu harus dipaksa mengidolakan para guru terkasihnya demi pencapaian tujuan dari pendidikan karakter. Guru harus siap pasang badan dan hati seikhlas-ikhlasnya untuk siswa. Guru harus memberikan contoh bahwa setiap masalah tidak selesai dengan kekerasan. Semisal jika ada siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak perlu untuk dijewer, bagi siswa ini bentuk “penyiksaan” yang menakutkan dan berpotensi untuk mengarahkan siswa kepada kesimpulan bahwa kita boleh menggunakan kekerasan.

Akhir kata, memang ini bagian dari upaya kita untuk menghasilkan pribadi-pribadi tangguh yang kelak akan memimpin bangsa bersama kepekaan hati dan kecakapan intelektual tinggi. Siswa, guru dan pendidikan karakter adalah realitas pendidikan Indonesia saat ini. Dewasanya dalam melihat perkembangan ataupun keadaan wajah pendidikan di Indonesia saat ini, ketiga kata ini akan jadi perhatian utama, maka ini mengisyaratkan bahwa peningkatan mutu pendidikan Indonesia harus kembali pada visi dan nilai filosofis tiga kata tersebut, yakni siswa sebagai subjek yang butuh ilmu dan nilai kesalehan, guru sebagai pembimbing moral, dan pendidikan karakter sebagai upaya pencerdasan menuju bangsa yang bermartabat. Oleh karenanya tidak ada maksud apapun untuk mengatakan bahwa pendidikan kita bobrok, selama ketiga kata ini dipadukan dalam pendidikan sebagai proses.

Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib

Rabu, 07 Desember 2011

Guru Bimbingan Konseling harus berpendidikan BK


BANDUNG, TRIBUN - Di setiap sekolah guru Bimbingan Konseling masih ada yang tidak berlatar belakang pendidikan Bimbingan Konseling (BK). Ke depannya guru-guru ini harus memiliki latar belakang yang sesuai agar konseling yang diberikan juga tepat.
Menurut Rektor UPI Prof Sunaryo Kartadinata, bimbingan konseling di sekolah-sekolah saat ini sudah lebih dari periode-periode sebelumnya hal ini dikarenakan pemahaman tentang konselor juga sudah lebih baik.

"Konseling tidak bisa dilakukan sembarangan tanpa latar belakang yang sesuai. Ini persoalan profesi. Ke depannya semua (konselor) harus memiliki latar belakang konseling," kata Sunaryo ditemui usai acara International Conference Guidance and Counseling di Gedung Balai Pertemuan UPI Jalan Setiabudi, Rabu (7/12).

Ia mengatakan, jumlah guru konseling di Indonesia saat ini baru 60 persen yang memiliki latar belakang yang sesuai, selebihnya yakni 40 persen berlatar belakang non bimbingan konseling. (tif)




Sumber : http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/124419/guru-bimbingan-konseling-harus-berpendidikan-bk

Tenaga konselor Malaysia diatur undang-undang


Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Fatimah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Di Malaysia tenaga konseling diatur oleh Undang undang. Karenanya konselor di negeri jiran ini hampir bisa ditemukan di segala bidang mulai dari pendidikan hingga bidang finansial. Dan khusus pendidikan, semua sekolah wajib memiliki konselor.

Menurut President PERKAMA Internasional Malaysia, Tan Sri Dr Nordin Kardi, di Malaysia ada Undang Undang yang mengatur tentang tenaga konseling. Dengan adanya aturan ini memperjelas regulasi konselor di Malaysia.

"Di Malaysia konselor harus dari Sarjana dari bidang konseling karena UU meregulasi konselor. Orang yang tudak kualifikasi tidak bisa jadi konselor," kata Nordin ditemui usai acara International Conference Guidance and Counseling di Gedung Balai Pertemuan UPI Jalan Setiabudi, Rabu (7/12/2011).

Hal serupa juga ditegaskan Hasniza Amdan, Commite PERKAMA, tenaga konseling dibutuhkan di semua bidang. Di sekolah 500 murid ditangani beberapa konselor. "Kalau apa saja yang akan dilakukan oleh seorang konseling di sekolah, dia bisa menangani permalahan belajar murid dan bisa juga untuk tangani murid nakal," katanya. (*)

Misere : "Konseling Pastoral itu membimbing umat"


Tanggal 7 Desember 2011, Badan Otonom Mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yakni Mitra Ummah,  menyelenggarakan seminar dengan judul Mengintip Konseling Pastoral Dalam Pengembangan Potensi Dan Keilmuan Konseling Lintas Agama Dan Budaya”. Acara ini diselenggarakan di Teatrikal Fakultas Dakwah dengan mengundang pembicara yakni Sdr. Misere. C.D. Mawene, dan sebagai fasilitator Sdr. Faiz Aminuddin.

Beruntung kali ini kami dari Divisi Media dan Informasi (MIDI) Bem-J BKI, berkesempatan untuk mewawancarai Sdr. Misere.C.D. Mawene, terkait dengan konseling pastoral. Dengan gaya yang santai, Mahasiswa Pascasarjana UGM ini tersenyum ramah saat diwawancarai, berikut petikan wawancaranya,..

Apa sebenarnya konseling pastoral itu?
Konseling pastoral itu adalah upaya kita untuk menolong orang lain untuk mengerti, dan memahami masalah yang sedang dihadapi dan membantu dia untuk menemukan jalan keluar dari dirinya sendiri atas masalah yang sedang dihadapi

Bagaimana sebenarnya aplikasi konseling pastoral itu?
Aplikasi konseling pastoral itu ada banyak. Bisa, secara formal maupun informal. Kalau formal bisa seperti di gereja, rumah sakit, ataupun bisa dikantor sedangkan yang informal itu seperti ketika obrolan biasa, yang pasti ada kesempatan dimana terbukanya ruang untuk sharing.

Jadi intinya secara umum konseling pastoral hanya dilaksanakan di Gereja?
Ya, Secara umum konseling pastoral biasanya diadakan di gereja setiap hari minggu dalam bentuk ceramah atau khotbah sedangkan secara luasnya yang penting bisa bertemu antar pribadi ataupun kelompok, saya rasa itu termasuk konseling pastoral. Jadi memang inti dari konseling pastoral itu melayani dan membimbing umat dalam bentuk umumnya ceramah.

Kapan konseling pastoral dilaksanakan?
Rutinnya konseling pastoral diadakan setiap ibadah umat Kristen hari minggu, dan itu menjadi kegiatan rutin didalam konseling pastoral.

Siapa yang memiliki kewenangan untuk meyelenggarakan konseling pastoral?
Biasanya yang memiliki kewenangan formal menjalankan konseling pastoral ini disebut gembala, yakni individu yang telah melalui proses pentahbisan, maksudnya sudah melalui pengukuhan oleh pihak atas yang berwenang semisal majlis dalam gereja dlsb. Selain itu konselor pastoral sebelumnya juga diberikan pelatihan-pelatihan khusus terkait dengan konseling pastoral.

*Bagi rekan-rekan yang ingin lebih lanjut dalam pembahasan mengenai konseling pastoral bisa menghubungi Sdr. Misere C.D. Mawene :
Hp       : 081392851907

Selasa, 06 Desember 2011

REFLEKSI MAHASISWA AKHIR TAHUN

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah


Hari ini (6/12/2011) saya bersama beberapa rekan dari Bem-J BKI, mengadakan silaturahmi ke kediamannya Dr. Moch Nur Ikhwan. Dr. Moch Nur Ikhwan merupakan salah satu dosen di Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, yang popular dengan keilmuannya, di bidang Studi Islam dan Filsafat, beliau juga merupakan kepala salah-satu Program Studi di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Kebetulan saya sedang tidak kuliah jadi ketika ada pesan, untuk bergabung sekedar silaturahmi pun syukur bisa saya penuhi. Sekiranya saat-saat seperti ini, yang paling saya tunggu, karena jarang juga punya waktu untuk berbicara ringan dengan Pak Ikhwan (panggilan akrab Dr. Moch Nur Ikhwan). Selain karena beliau juga sangat sibuk, tentu kapan lagi bisa “nostalgia” dengan Bpk. Ikhwan.

Singkat kata dari obrolan-obrolan mengenai kondisi kesehatan, kami pun beralih pada beberapa permasalahan perkuliahan, skripsi, tradisi akademik, dan sepatah kata nasihat. Dari obrolan kami, tentu ada banyak hal-hal menarik yang tidak mungkin dapat direkam secara detail, Cuma ada beberapa ide-ide yang muncul dari pembicaraan kami dan jika memungkinkan Insya Allah akan coba saya refleksikan kembali kedalam tulisan ini, “Refleksi Mahasiswa Akhir Tahun”

Bagi Pak Ikhwan seorang mahasiswa itu jika ingin termotivasi dengan perkuliahan yang sedang dijalani adalah dengan memiliki terlebih dahulu impian/cita-cita kedepan. impian akan mengarahkan mahasiswa terhadap minat yang ingin ditekuni, hal inilah yang memungkinkan terjadinya motivasi dalam pribadi mahasiswa. Dengan melihat impian sebagai sesuatu yang harus dicapai, maka mahasiswa tentu akan memfokuskan setiap visi gerakannya berjalan berdasarkan alur impiannya.

Impian menjadi seorang peneliti handal tentu tidak cukup, meskipun harus diakui juga, memiliki impian adalah satu langkah yang harus diapresiasi. Namun manusia hanya bisa sampai pada sesuatu, dengan melewati proses dan tantangan yang berat. Sehingga ketetapan niat akan mencapai impian, memerlukan perangkat yang disebut, planning. Planning ini akan mempermudah jalan atau proses yang akan ditempuh.

Planning juga akan memberi space untuk berinovasi sekaligus berstrategi. Ruang untuk berinovasi adalah kesempatan mahasiswa untuk memasukkan aspek-aspek apa saja yang relevan dengan kemampuan dirinya sehingga terus membuka celah untuk kreatif. sedangkan ruang untuk berstrategi adalah melihat peluang “masa kini” dan peluang “masa depan” yang nantinya akan jadi penunjang kedepan

Dengan begini mahasiswa akan memiliki “paketan hidup”, yakni impian sekaligus planning. Impian dan planning bisa meningkatkan kualitas diri mahasiswa. Sebagai warga akademik, peningkatan kualitas diri  bisa menjadi jaminan atau pegangan dalam ikhtiar. Dosen ataupun pihak luar akan selalu tertarik dengan mahasiswa yang memiliki kualitas diri yakni cakap dalam keilmuan juga cakap dalam akhlaq. Cakap dalam keilmuan berarti mahasiswa mampu menjalankan fungsinya sebagai warga melek ilmu dan cakap akhlaq akan mengontrol mahasiswa dalam berdialektika. Jadi kedua jenis kualitas ini akan selalu jadi prioritas utama kriteria dalam melihat sumber daya manusia.

Impian akan membuka ruang untuk berinovasi dan berstrategi yang nantinya juga akan membuka kecakapan keilmuan dan kecakapan akhlak. Inilah yang seringkali lupa dipikirkan oleh mahasiswa. Terkadang kecakapan intelektual tidak dibarengi dengan kecakapan akhlak sehingga muncullah plagiarism, ataupun tidak memiliki kedua kecakapan tersebut. Bagi Pak Ikhwan sendiri, ketika melihat masalah akademik mahasiswa ternyata yang lebih banyak muncul adalah pragmatism.

Pragmatism mengarahkan mahasiswa pada pencapaian impian dengan pola pragmatis. Pragmatism atau pertimbangan praktis menjadi popular pada beberapa situasi yang mendukung terjadinya hal ini. Mahasiswa yang ingin kecakapan kelimuannya mudah dilirik, memperbanyak pembuatan makalah tapi, dari hasil mencuri karya mahasiswa lain. Mahasiswa yang ingin cepat mendapatkan gelar sarjana, menyelesaikan tugas akhirnya dengan mencuri hasil tugas mahasiswa lain.

Hal-hal demikian perlu untuk dihindari, dan perlu juga dijadikan pelajaran untuk kedepannya. Lewat forum refleksi mahasiswa akhir tahun ini, perlu dan harus ada yang dibenahi, sebagaimana kata Rasulullah, yang menurut Prof. Amien Rais merupakan sebaik-baiknya renungan adalah “barangsiapa yang masa sekarang lebih bagus dari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung, dan bila masa sekarangnya sama dengan kemarin, maka dia termasuk orang yang merugi dan apabila masa sekarang lebih buruk daripada hari kemarin berarti dialah orang yang bangkrut”.

Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib

Minggu, 04 Desember 2011

PGRI: Guru Khawatir Disiplinkan Siswa Disalahartikan Kekerasan


REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Sekretaris Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah Muhdi mengakui, banyak guru yang sekarang ini khawatir memberikan pendidikan disiplin pada siswa akan disalahartikan tindak kekerasan.

"Sampai saat ini memang belum ada titik temu terkait pengaduan penganiayaan terhadap siswa. Itulah yang kadang membuat guru khawatir dan cemas memberikan pendidikan disiplin pada siswa," katanya di Semarang, Jumat (2/12).

Ia mengungkapkan hal itu usai penandatanganan kesepakatan bersama Kepolisian Daerah Jateng dengan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang tentang pembentukan forum kemitraan polisi, masyarakat, dan mahasiswa.

Karena itu, kata Muhdi yang juga Rektor IKIP PGRI Semarang itu, pihaknya mengupayakan tindakan preventif melalui pengembangan model pendidikan karakter yang diharapkan bisa membina karakter siswa secara lebih baik.

"Sesuai dengan misi kami menjadikan calon guru yang profesional dan berjati diri, kami kembangkan model pendidikan karakter. Guru yang berkarakter mampu mendidik siswanya memiliki karakter baik," kata Muhdi.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Jateng Irjen Pol Didiek Sutomo Triwidodo mengatakan, pihaknya tetap akan mencermati setiap laporan yang masuk terkait tindak penganiayaan guru terhadap siswa.

Ia mengakui, sesuai kapasitas dan tugas guru sebagai pendidik memang tidak bisa semua tindakan guru mendisiplinkan siswa dikategorikan sebagai tindak kekerasan, sebab pendisiplinan boleh asal dalam batas wajar.

Kapolda mengharapkan jajaran PGRI merumuskan kode etik tertentu terkait tindakan guru yang dapat dikategorikan dalam unsur kekerasan, seraya berharap guru lebih tenang bekerja dalam mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.

Berkaitan dengan kesepakatan bersama pembentukan forum kemitraan polisi, masyarakat, dan mahasiswa bersama IKIP PGRI Semarang, ia mengatakan, pihaknya berharap program itu bisa membantu menekan angka kriminalitas.

Menurut dia, peran guru dalam memberikan pengetahuan yang benar mengenai tugas dan kerja polisi dalam mengatasi kriminalitas sangat besar, bukan dengan cara menakut-nakuti siswa terhadap polisi.

Tugas polisi, kata Kapolda, sebenarnya tidak hanya menangkap pelaku kejahatan, namun lebih dari itu harus merumuskan langkah preemptive dan preventif dalam menanggulangi tindak kejahatan.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/12/02/lvkz91-pgri-guru-khawatir-disiplinkan-siswa-disalahartikan-kekerasan

Sabtu, 03 Desember 2011

BEM-J BKI adakan Forum Silaturahmi Jurusan


(MIDI, BKI Online, 2/12/2011), BEM-J BKI bersama pihak Fakultas Dakwah dan Jurusan BKI UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan Forum Silaturahmi Jurusan BKI (sebelumnya disebut Forum BKI terbuka), yang menghadirkan Prof. Dr. H. M. Bahri Ghazali selaku dekan fakultas dakwah UIN Sunan Kalijaga, Drs. Abror Sodik, Drs. Suisyanto, M.Pd selaku pembantu dekan. Kemudian turut hadir pula Pihak jurusan BKI yang diwakili langsung oleh kepala Jurusan BKI, Nailul Falah, M.Si, dan beberapa dosen BKI, Dr. Nurjannah, Muhsin Kalida, MA, Nurul Hak, M.Hum, A. Said Hasan Basri, M.Si.

Forum Silaturahmi Jurusan BKI (FSJBKI), membahas beberapa persoalan internal jurusan. “Proses komunikasi antara fakultas, jurusan dan mahasiswa merupakan tradisi intelektual yang jarang ada, maka saya sangat mengapresiasi inisiatif rekan-rekan mahasiswa” ungkap Prof. Dr. H. M. Bahri Ghazali dalam kata sambutannya.

Dalam Forum Silaturahmi inipun Prof. Dr. H. M. Bahri Ghazali beserta staf pengajar memberikan dukungan dan mengharapkan bahwa Forum silaturahmi ini dapat menjadi agenda rutin kedepan sebagai bagian dari silaturahmi internal guna membangun komunikasi dua arah yang baik. “saya berharap kegiatan silaturahim kedepannya dapat menjadi agenda jurusan agar  sosialisasi kebijakan-kebijakan dapat langsung sampai kepada mahasiswa sehingga kedepannya tidak menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu akibat kurangnya komunikasi” tutur Profesor yang juga kepala dekan Fakultas Dakwah tersebut.

Jumat, 25 November 2011

Sepakbola : "TIM BKI-IGC Masuk Final"


(MIDI, 26/11/2011). Kejuaran  sepakbola dalam rangka POK, Tim BKI-IGC (Bimbingan konseling islam-Islamic Guidance Counselling), berhasil memastikan tiket menuju final kejuaraan setelah sukses menaklukkan lawan kuatnya Tim Fakultas Adab UIN-SUKA pada babak semifinal .

bermain di lapangan STTA Yogyakarta, TIM BKI-IGC berhasil mencuri kemenangan sempurna berkat dua gol yang disarangkan masing-masing pada menit ke-20 oleh Khoirul Anam, dan pada awal babak  kedua,  menit ke-49 lewat Tabah Anjar Velani.

“Dengan kemenangan ini sudah dipastikan TIM BKI-IGC lolos ke final” , imbuh Abdul Latif, Ketua BEM-J BKI via sms.

Senin, 21 November 2011

Hadis BKI mata kuliah penuntun professional konselor muslim

Oleh : Qomariyah
(Ketua Mitra Ummah Yogyakarta)

Konseling merupakan sebuah proses dimana seorang konselor membantu klien mempermudah mencari solusi untuk mendapat berbagai alternative penyelesaian suatu masalah. Dan jika dispesifikkan menjadi Bimbingan Konseling Islam maka merupakan sebuah proses konseling yang berlandaskan syariat Islam, sekalipun secara esensinya saja. Banyak orang beranggapan ketika suatu profesi berlandaskan pada suatu syariat agama membuatnya menjadi tidak professional karena mengusung sebuah misi tersembunyi. Akan tetapi ini tidak akan berlaku pada bimbingan konseling Islam karena konselor bki merupakan konselor yang berlandaskan pada esensi syariat islam yang fleksibel dalam kehidupan manusia.

Islam merupakan agama rahmatanlil’alamin yang mempunyai syariat fleksibel berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Ini jelas tergambar dalam berbagai ayat-ayat Alquran maupun hadis yang mendukung ataupun menjadi azas dan landasan dalam proses konseling. Adapun landasan konseling berdasarkan Al-Quran dan Hadis tersebut dapat kita pelajari dalam mata kuliah hadist bki. Salah satu matakuliah wajib di fakultas Dakwah terutama jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. Mata kuliah yang mengajarkan berbagai landasan konseling yang mengacu pada ayat-ayat Al-Quran maupun Hadis-hadis sehingga menjadikan semakin mantapnya kita menjadi calon konselor yang professional dan Islami.

Tak banyak orang mengenal dan mengetahui tentang hadis BKI ini, banyak mahasiswa mengenal hadist secara umum. Tidak khusus sebagaimana Hadis BKI yang khusus hanya untuk mahasiswa jurusan BKI. Sebuah mata kuliah yang mengusung pelajaran yang menjadi landasan seorang konselor yang professional namun tidak meninggalkan syariat agama Islam yang begitu agung dan luhur. Dalam mata kuliah ini mahasiswa dibentuk menjadi calon konselor yang beriman dan berislam secara universal yang mempunyai akhlak luhur. Menjadi seorang konselor yang mampu menjadi tempat orang menemukan jalannya yang awalnya buntu menjadi terus berjalan dan punya semangat menyala dalam menjalani kehidupan ini. Konselor yang melaksanakan bimbingan dan konseling berdasar asas-asas konseling dan menjadikan tujuan proses konseling yang  benar-benar berlandaskan pada Al-Quran dan Hadis. Sebuah proses yang tak hanya untuk kebahagian sementara didunia saja namun juga menuju kebahagiaan akhirat yang kekal abadi.

Mata kuliah hadist bki terdiri dari dua bagian yang diajarkan dalam dua semester, hadits BKI I dan Hadis BKI II. Pada bagian pertama mahasiswa di harapkan mampu memahami tentang esensi dari iman, islam dan ikhsan yang merupakan modal dasar menjadi manusia seutuhnya. Kemudian dilanjutkan penggodogan sikap dan tingkah laku lewat akhlak, bagaimana seharusnya seorang konselor bertindak dalam kehidupannya. Memulainya dari diri sendiri, menjadikan akhlak yang kharimah sebagai pegangan hidup dan membuang jauh akhlak yang mazmumah karena menimbulkan banyak masalah. Tidak hanya masalah dalam diri sendiri, orang tua maupun orang lain, mungkin menjadi masalah bangsa dan Negara. Kemudian dalam matakuliah hadist bki II mahasiswa akan dikenalkan dengan isu-isu yang ada dalam masyarakat sekaligus dilatih untuk mencoba menggunakan berbagai metode konseling dalam memecahkannya. Tak lupa dalam hadits BKI II ini mahasiswa akan mengenal lebih dalam tentang asas-asas dalam konseling secara islami yang tak pernah lupa untuk tetap berpegang teguh pada dua pusaka agama Islam. Mahasiswa akan di kenalkan dan diakrabkan dengan proses konseling yang penuh dengan hikmah dan solutif, sebuah proses konseling yang penuh dengan berkah dari Allah Swt, karena kita dapat memberikan konseling sambil berdakwah tanpa meninggalkan professionalism. GO TO PROFESIONAL COUNSELOR with hadits BKI

Tips Praktis Agar Tugas Ente Kagak Numfuk…

Sebagai seorang mahasiswa kita tak pernah luput dari apa yang mana daripada apa yang dinamakan dengan tugas, mau tugas wawancara, laporan, makalah, resume, resensi maupun tugas lainnya. Dan tak jarang kita sering sampai kuwalahan mau ngerjainnya, apalagi kalau sudah mepet-mepet dengan si UAS. Waduw..waduw… kepala mual dan perut pusing jadinya hehehe… pokoknya semuanya jadi serba membosankan, menyebalkan dan bikin gak enak makan. Mau tau caranya agar kamu tetep enjoy ngerjain tugas ente yang dah numfuk banyak buangets, ni dia jurus andalannya:

Catat setiap tugas, disuruh ngapain, bagaimana, ngumpulinnya kapan, jangan masa bodoh, and jangan lupa itu mata kuliah apa. Jangan-jangan dah dicatat gak tau mata kuliah apa, kan sama aja bolong..ee bo’ong maksudku.
Buat daftar tugas, daftarlah tugasmu sesuai hari tanggal dan waktunya, sekiranya tugas mana dulu yang kudu and harus dikumpulkan terlebih dahulu. Ini akan sangat membantu sekali dalam kita membagi waktu untuk mengerjakan tugas dari dosen-dosen yang kita hormati, sayangi dan cintai… biar beliau-beliau tak lupa senyumannya ketika kita nyampe kelas buat presentasi hehe…
Prioritaskan tugas yang paling duluan dikumpulkan. Lihat daftar yang sudah kamu buat, perhatikan dengan seksama dan hati-hati mana tugas yang tanggalnya paling ngebet untuk dikerjain.
Segerakan mengerjakan tugas, jangan menunda-nunda mengerjakan tugas, jangan tunggu sampai mepet hari H pengumpulan tugas. Sebisa mungkin kerjakan tugas yang diberikan dosen sesegera mungkin.
Mengecek kembali tugas, mengecek kembali maksudnya memastikan apakah tugas yang kamu kerjakan bener-bener gak ada yang kelewat menurut daftar tugasmu. Atau tak ada salahnya tanya pada temanmu tugas yang diberikan dosen apa aja. Dan cek apa semua tugas sudah beres
Berdo’a, jangan lupa agar dalam mengerjakan tugas dapat menjadi tabungan kita dunia akhirat berdoa’a agar dipermudahkan dalam mengerjakan tugas itu sangat penting.
Sukses menyelesaikan semua tugas.

Pokoknya kalau ente-ente pade ngikut ni jurus, Insya Allah tugas apapun, kapanpun dan berapapun bisa diselesaikan… semoga AAmiiiin

KORAN VS MEDIA ELEKTRONIK

Oleh : Octavia Arlina Sahara
(Mahasiswa BKI UIN SUKA)


Masyarakat membutuhkan berita maupun informasi terutama berita yang up to date. Koran adalah sebagai media cetak yang memberikan informasi maupun berita terhangat. Koran menyediakan berita yang sangat tajam, mampu menarik orang agar membacanya agar laku juga tentunya, dengan judul-judul menarik yang sangat up to date. Namun masyarakat juga memilih Koran mana yang beritanya sesuai dangan realita yang sedang terjadi dan dapat dipertanggung jawabkan isinya. 

Sebelum maraknya penggunaan teknologi media elektronik  mayoritas masyarakat memilih untuk membeli Koran, di samping juga melihat tayangan berita di televisi. Biasanya mereka memilih membeli Koran karena tidak ingin ketinggalan dengan berita yang sedang hangat. Sedangkan apabila menyaksikan tayangan berita di televise maupun radio mereka harus menyesuaikan pukul berapa acara itu berlangsung padahal  mereka harus bekerja atau melakukan kegiatan lain. Menyaksikan tayangan televise atau mendengarkan radio akan menyita waktu.

Koran dapat dibaca kapan pun dan dimanapun. Bagi orang yang sudah bekerja mungkin sangat tepat apabila memilih membeli Koran untuk dibaca sehabis pulang bekerja apabila mereka belum sempat membacanya. Bahkan jika tidak sempat membacanya dapat dibaca waktu lain, agar tidak ketinggalan berita yang telah terjadi.

Media elektronik berlomba-lomba dalam menyajikan berbagai berita actual, contohnya televise, radio bahkan internet. Saat ini media elektronik tersebut banyak digunakan, alasannya ialah mengikuti trend juga agar tidak repot herus membeli seperti Koran walaupun ada juga yang berlangganan, namun begi mereka itu hanya akan menghabiskan uang. Selain itu media tersebut efektif dan efisien. Media elektronik memberikan kemantapan tersendiri bagi mereka yang lebih menyukainya dibanding media cetak, karena dalam penyajiannya, media elektronik  bisa secara visual atau audio dan bahkan bisa melibatkan audio sekaligus  visualnya. Hal itu menyebabkan orang tertarik untuk mendapatkan berita melalui media elektronik.

Media elektronik juga mampu memberikan kesenangan dan kemudahan bagi mereka yang berminat menggunakannya. Kesenangan dan kemudahan diperolah ketika seseorang yang sedang menyaksikan tayangan berita melalui televise, radio, maupun internet sedang dalam perjalanan. Hal itu yang akan mampu memberikan kepuasan tersendiri untuk lebih mamilih madia elektronik dibanding dengan media cetak, di sisni yang saya sebutkan adalah Koran.

Harapan

Semoga masyarakat dapat selalu mendapatkan berita yang aktual dan sesuai dengan harapan. Mampu memilih media apa yang sesuai dengan kapasitas mereka. Di samping itu, harapan saya semoga masyarakat juga lebih bijaksana dalam memilih media informasi. Tidak hanya mengikuti trend saja. Namun, tetap menghormati dan menggunakan media cetak sebagai media berita dan informasi agar tidak punah oleh majunya teknologi. 


OPTIMALISASI BKI

Oleh : Rina Mulyani
(Aktivis BEM-J BKI)


Untuk membahas suatu masalah, akan sangat relevan jika terlebih dahulu kita mengerti dan memahami devinisi dari masalah itu. Karena tidak jarang, pembahasan menjadi tidak jelas ujung pangkalnya ketika batasan pengertian menjadi bahan pembicaraan juga tidak jelas, oleh karena itu sebelum bahasan ini berjalan lebih jauh, kita fahami dulu pengertian dua istilah tersebut.
            
Bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasehat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma- norma yang berlaku
            
Sedangkan konseling kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang ( konselor dan klien ) untuk menangani maslah klien, yang didukung oleh keahlian yang didukung oleh suasana yang selaras, berdasarkan norma- nnorma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.
            
Jadi, bimbingan dan konseling ialah proses pemberian bantuan dan pertolongan yang diberikan oleh konselor kepada klien melalui hubungan timbal balik antara keduanya agar klien mampu melihat dan menemukan serta memecahkan maslahnya sendiri.
           
Di sinilah pelayanan bimbingan dan konseling dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi, dirasa semakin dibutuhkan. Ada banyak hal yang memicu  pentingnya peran bimbingan dan konseling dalam konteks ini. Salah satunya adalah kemajuan iptek yang mendorong munculnya berbagai persoalan dengan segala kompleksitasnya.
           
Tampaknya tak hanya sebatas ini saja, peran bimbingan  dan konseling dalam sebuah lembaga pendidikan itu dibutuhkan. Karena di sisi yang lain potensi individu seperti bakat, minat, cita- cita, dan lain sebagainya juga belum tersalurkan secara optimal di dalam pembelajaran kelas. Sehingga optimalisasi peran bimbingan dan konseling akan diharapkan menjadi media yang paling tepat. Optimalisasi ini juga diseimbangkan dengan sumber daya manusia ( petugas- petugas bimbingan konseling ) yang memadai. Dalam arti memiliki kemampuan, pengetahuan dan wawasan tentang ilmu- ilmu konseling.
         
Di UIN Sunan Kalijaga prodi Bimbingan Konseling didirikan untuk mahasiswa yang ingin mendalami ilmu bidang konseling. Di Universitas yang notabene  memili background islam ini, mak konseling di sini juga disesuaikan dengan beckgound tersebut.Dengan visinya yang jelas mencetak konselor- konselor yang memiliki wawasan dalam perspektif islam. Di samping juga perspektif umum ( barat ). Keduanya kemudian diintregasikan.
            
Dari intregasi ini diharapkan akan memperoleh output konselor yang berwawasan intregatif pula. Namun kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah “ sudahkah visi ini diwujudkan di dalam prodi BKI UIN Sunan  secara maksimal?” . Mengingat antara visi dan realita yang ada masih belum menemukan titik keseimbangan. Di sini lah akhirnya menjadi catatan khusus bagi pihak jurusan.
            
Selain itu mahasiswa di dalam megaplikasikan pembelajaran kelas juga masih menemukan kebingungan ketika mencari literatur yang berhubungan dengan materi. Meskipun telah tersedia, namun jumlahnya sangat terbatas. Mahasiswa juga tidak jarang menemukan banyak tanda tanya tentang kejelasan kurikulum yang ada.
          
  Sehingga visi awal yang menyatakan bahwa media konseling akan diintregatifkan, hanya tinggal wacana, karena pada kenyataannya mahasiswa lebih banyak dikenalkan media konseling versi barat dari pada versi islam sendiri. Sedang versi islam memiliki porsi yang masih sangat minim.
          
  Menjadi PR kita bersama bagaiman kemudian menselarasakan antara visi dan realita lapangan. PR bagi jurusan agar lebih mempertegas lagi visi serta kurikulum yang ada, dan PR bagi mahasiswa agar lebih peka menyingkapi keadaan, lebih kritis lagi mencari informasi sehingga tujuan semula menjadikan konseling di fakultas dakwah dengan cirri khas keislamannya dapt terwujud dengan cara yang sempurna. Semoga tulisan ini dapat menjadi koreksi kita bersama.

LEARNING MAKES US SUCCESSFUL

Oleh : Norman Ari Wibowo
(Aktivis BEM-J BKI)


Learning is the responsibility for every human. It is from children until old people. They may also learn. Learning is not only acquired from schools. Everywhere and everytime we can learn. Learning is acquired from education at school or we can find it everywhere. Learning has four steps for us to do, e.g. learning to understand, learning to speak, learning to read, and learning to write.

Learning to understand is the first step to know situation around us. Baby can imitate to do something as parents do this process with understanding. With this process we can understand other people, grow up to appreciate, and respect other people, with the result that life will be harmonious.

After we understand, we have to speak and say what we understand to the other people. Learning to speak started since we were baby until now, because speaking is the first communication tool in social life, because by speaking we can understand other people about what we think. So learning to speak is important thing in interaction. Then we must learn to read.

Learning to read is the third step to know what happens in the world, because by reading we can know about what we need like people said “reading is the window of the world”. Human life is not far from reading activity, without reading we cannot know what is happening now.

After we learn reading, we have to be able to write well. By writing we can express our opinion or ideas from our mind in the real essays, with the result that what we think is able to understand by other people. Writing can be a proof of our skills to think.

We know that the four steps are not easy, but we must learn hard and try, try, and try to get them. Do not go down before you reach that. All in the beginning is difficult, but if we do it little by little, I believe we can reach that. I believe that.
           
I believe, with the four steps of learning we can reach what we dream about, and learn hard is going to produce something which can be used at this moment or future. Learning hard will make us successful. I believe that

Nailul Falah.,M.Si : "Perspektif Spiritual adalah Kelebihan BKI"

Ilustrasi Pelaksanaan Konseling (gudangmateri.com)
Beberapa waktu yang lalu (19 April 2011) Buletin Konsisten memiliki kesempatan untuk melakukan wawancara dengan Kepala Jurusan BKI  (Bimbingan Konseling Islam) Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nailul Falah., S.Ag.,M.Si. yang diwawancarai oleh Sdr Fauzan Anwar Sandiah. berikut adalah petikan dari obrolan tersebut.


Bisa bapak ceritakan sedikit tentang jurusan BKI?
Sebelum BKI jurusan ini bernama Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (SK tahun 1976), Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Masyarakat Islam (tahun 1982), Bimbingan Penyuluhan Agama Islam (BPAI, tahun 1988), dan pada tahun 1999 berubah menjadi jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI), kemudian sesuai dengan SK tahun 2009 berubah menjadi Bimbingan Konseling Islam (BKI). BKI mengambil spesialisasi kajian keilmuan dalam rangka membantu pemberdayaan dan optimalisasi potensi individu demi mencapai kesuksesan hidup melalui pencerdasan spiritual menuju kecerdasan perilaku dengan memanfaatkan ilmu Psikologi sebagai pendekatan dan Ilmu-Ilmu Keislaman. Sasaran kajian BKI adalah untuk memberdayakan dan mengoptimalisasi potensi rohaniyah yang dimiliki individu demi mencapai kesuksesan hidup melalui pencerdasan spiritual yang bersumber dari ajaran islam, meliputi pada aspek iman juga akhlak. Jadi intinya yang dikaji dalam BKI adalah metode pemberdayaan termasuk apa saja yang terkait dengan pemberdayaan, misalnya pembimbing dan konselor, perilaku individu, termasuk didalamnya mencermati aspek manusia.

Menurut bapak apakah kelebihan yang dimiliki oleh jurusan BKI?
Perspektif spiritual (keislaman) menjadi kelebihan BKI. Perspektif spiritual  (keislaman) ini merupakan indicator penting yang dijadikan salah-satu komponen konseling. Nilai-nilai keislaman dalam BKI akan membantu individu untuk berubah, berkembang dan berkontribusi positif bagi lingkungannya, mengoptimalkan kemampuan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. 

UIN punya jargon integrasi – interkoneksi, menurut bapak bagaimanakah jurusan BKI mengaplikasikannya?
Sebelum jargon integrasi dan interkoneksi muncul, jurusan BKI sudah mengaplikasikan integrasi-interkoneksi  itu dalam kajian-kajian dan penelitian-penelitian konseling islam, misalnya kajian tentang metodologi pemberdayaan individu oleh konselor menuju perilaku iman, taqwa dan akhlakul karimah dengan ilmu bantu konseling dan psikologi, semua jenis perilaku dan hal-hal yang ada hubungannya dengan perilaku menjadi kajian ilmu BKI dalam rangka memperbaiki akhlak manusia. Penelitian bisa dilakukan terhadap satu variable, bisa korelasi menghubungkan perilaku tertentu dengan variable lain yang mempengaruhi, bisa studi perilaku lintas budaya dan agama, manusia yang terdiri dari fisik, jiwa dan roh, dimana dinamisasi dari ketiganya melahirkan perilaku tertentu, perlu dikaji dalam rangka memahami perilaku . ilmu psikologi bisa dipinjam dalam kajian BKI dalam memahami perilaku manusia dan metode mengarahkan perilaku.

Menurut bapak bagaimana prospek atau peluang mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Islam kedepan?
Prospek dan peluang kerja yang dapat diakses oleh BKI adalah guru BKI di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah Negeri, Peneliti, Dosen, Bk Keluarga Sakinah, BK Pra Nikah, Penyuluh Agama Islam, Dinas Sosial, BKKBN, Bina Mental TNI POLRI, BK Anak Berkebutuhan Khusus, Perawat Rohani Islam, dan Penyuluh Agama di LP. Jadi selama manusia masih ada maka BK selalu diperlukan dalam segala aspek kehidupan.

Apakah harapan Bapak kedepan terhadap Jurusan BKI terkhusus juga terhadap para Mahasiswanya?
Saya berharap mahasiswa-mahasiswi BKI concern untuk mengembangkan Konseling Islam di Jurusan BKI, karena pos-pos konseling islam di sekolah, keluarga dan masyarakat haruslah diisi oleh alumni BKI bukan oleh BK yang lain. Pengakuan terhadap profesi BKI yang selama ini masih belum diakui menjadi pekerjaan rumah jurusan BKI memperjuangkan adanya pengakuan profesi BKI.

Australia dan Tragedi Ilma

Oleh : Rina Mulyani
(Aktivis BEM-J BKI)


Cahaya fajar akan segera tunjukkan existensinya. Binatang malam yang biasanya kompak dengan paduan suaranya, tiba-tiba lebih memilih untuk mengheningkan cipta malam ini. Hanya semilir angin yang terus mencoba menerobos ventilasi sepetak ruangan yang menjadi tempat peraduan tiap-tiap malamku, temaniku gerakkan pena biruku di atas lipatan kertas yang beberapa lembar lagi terlihat akan penuh.

            Desember malam ke 21 menjadi saksi dari lembaran-lembaran malam yang sebelumnya terasa sulit sekali mata ini tuk sekedar terpejam. Padahal, mungkin di alam maya sana, bunga tidur sedang antri tuk dapat kunikmati. Sayang...mata belum setuju untuk kulelapkan. Rasio ini terus melayang, berfikir akan sesuatu yang entah menari-nari membentuk goresan apa. Tak  jelas. Untung saja persediaan kertas masih ada banyak di balik laci mejaku. Nggak akan khawatir stok bakal habis.

Kubiarkan angan ini melayang bebas. TentangMu, Tentang kuliah, tentang sahabat, tentang keluarga, tentang dia, tentang zaman, tentang rencana masa depan, tentang hidup, tentang mati, tentang hidup setelah mati, tentang hati yang terkadang mati karena lepas kendali, tentang isi dompet sekalipun sempat kupikirkan, tentang tangisan negeri ini, tentang ini, tentang itu dan tentang semuanya. Kucoba tak kuluputkan satupun dari renungan bersama tarian penaku.

Saat semua mengalir, kucoba tumpahkan beban yang buat dadaku sesak, ponselku menyala-nyala. Sengaja kupilih senyap sebagai profilnya, karena aku nggak ingin nadanya menjadi pengganggu kamar sebelahku, bisa-bisa ngomel tujuh turunan nggak habis Omaku. Oma paling nggak suka dengan nada ponsel. Katanya manusia itu aneh, sebegitu bergantungnya dengan benda satu ini, sampai-sampai mau sujud menghadap Tuhannya tetap saja dibawa. Kalau nyawa telah dicabut izrail saja benda ini baru ia lepas (maklum, oma lahir pada di zaman Indonesia masih berada di tangan adikuasa, jadi agak asing dengan teknologi, mungkin saja waktu itu perusahaan ponsel belum selesai garap konsep proyeknya, he”)

Kuraih dan segera kubuka, barangkali penting terkait tugas kampus besok lusa. Ternyata salah, tertulis nama “Azizi”. Kubaca isi pesan, senyum segera kuurai. Dia memang selalu buatku berdecak kagum. Pesan singkat yang dirangkai dengan psikolinguistiknya yang tentu punya kelas,  jadi tidak tampak bahwa maksud kalimat itu adalah sekedar pengingat  untuk qiyamulail. Malas kutanggapi. Walaupun tetap kulaksanakan setelah beberapa menit tulisanku selesai.

            Pagi ini sepertinya aku libur kampus, malas juga buat keluar. Meski baru aja Tiwi menghubungiku ngajak keluar. Rasanya kamarku masih ingin aku menjadi penghuni tetapnya. “ Ayolah . .Ilma, kamu gak boleh terus- terusan kayak gini, mengurung diri nggak jelas, kamu butuh ngerti suasana luar,,,” paksa Tiwi padaku. “ Wi,,, aku nggak ngurung diri…lagian dirumah aku juga nggak nganggur, banyak yang mesti tak slese’in. Tiwi ngajak yang lain aja yaach..?” dengan terus meyakinkan Tiwi bahwa aku menolak karena aku lagi banyak pekerjaan, bukan karena aku malas ketemu Rizal, aku tau pasti Tiwi ngajak Rizal dan si gendut Iman buat keluar pagi ini.

            Sebenarnya memang aku malas ketemu laki-laki itu. Bukan apa-apa, terlalu aja dia itu berlebih. Hmmm….Kenapa lagi-lagi  jutaan manusia di dunia ini selalu dibuat pusing jika berurusan dengan persoalan “CINTA ?????” Aneh sekali……….(walaupun Termasuk aku juga….!!! J ). Tak taulah aku, mau  gimana sikap Tiwi setelah ini, yang jelas seharian ini akan kuhabiskan waktuku untuk bergerilya dengan tintaku, titik.
            “Zidni…..Ilma…….zid khubbuka,,,,,

            Seribu, dua ribu, tiga ribu, bahkan tak terhitung lagi manusia selalu meminta, berharap, memohon pada Tuhan mereka….untuk ditambahkan cintaNya, ditambahkan kasihNya, ditambahakan rohman RohimNya, dikabulkan segala yang jadi ingin pintanya. ……

”ud’uni istajiblakum...” begitu kata Allah, harus digaris bawahi bahwa Tuhan selalu mengurusi makhlukNYa, Dia tidak pernah merasa jemu menerima keluhan-keluhan kita. Dia akan mendengarkan dengan setia apa saja yang kita sampaikan. Bahkan dia akan marah jika ada hambaNya yang tidak memohon. Karena kekasihNya, Rasulullah juga bersabda : “siapa yang tidak memohon kapda Allah, maka murkalah Dia kepadanya”

Dalam hal ini Prof. Dr. Hamka  dalam do’a-doa Rasulullah juga menyatakan: Kita disuruh mendesakkan doa kita kepada Allah, yakni desakan dengan arti yang baik. Doa bukanlah alamat dari kelemahan, melainkan akan menimbulkan kekuatan, yaitu memberikan iklim positif atau menunjukkan jiwa semata-mata hanya kepada Allah. Bebas mencari perlindungan kepada sesama makhluk. Karena dengan meminta kepada sesama makhluk, pasti yang timbul hanyalah rasa jengkel. Mengapa meminta kepada pintu yang tertutup, sedangkan pintu Allah saja selalu terbuka........................................?”

Ting tong….”assalamu’alaikum…..” terdengar suara bel dari balik pintu.
Grreggh, seketika Ilma hentikan tarian penanya. “ siapa ya, pagi-pagi gini namu..?”, batinnya berontak. “ iyaaaa, wa’aalikumsalam….tunggu”, beranjak menuju sumber suara. Kreeeek…(terdengar pintu dia buka). Hanya ada selembar amplop tanpa ada jejak penghantar. Tentu heran jadi reaksi pertama Ilma, ada bel tapi nggak ada makhluk yang mencet. “ gila’…ada setan siang bolong gini, wo’ow… apa ini?” sambil pelan-pelan ia ambil amplop tanpa identitas itu, ia bolak-balik, nggak ada nama pengirimnya. ” Ah, buang aja lah!” tapi kemudian pikirannya  berikan stimulus, entahlah berapa detik jika fisika ikut terapkan ilmunya buat ngitung, lebih cepat dari jalannya kilat soalnya, hatinya serta merta saja setuju dan memberatkan tangannya untuk melempar amplop itu ke tong sampah yang tepat berada di sebelah kanan pintu masuk rumahnya.

            Masuk kamar dengan dipenuhi jutaan kalimat tanya, yang jika digambar, mungkin otaknya mirip dengan benang layang-layang anak desa yang begitu ruwet karena nyangkut di antara pohon, tiang listrik, dan pagar tanaman sekitar kampung. Hampir tak ditemukan ujung pangkalnya. Mau tanya orang lain juga gak jelas siapaa yang akan dia tanya. Ya sudahlah,,biar ketemu jawabannya dia buka, dan ternyata hanya berisi kertas ukuran 10x10 cm. Tertulis simbol yang justru menambah deretan tanda tanya di benaknya.” Ini petunjuk harta karun apa ya ??????? dasssar mau kasih rizki aja, ribet! ! Tuhan….. ini hadiah dhuha ku apa gimana sich? huuuch, otak ku gak sederajat dengan Einstein ini, mana bisa aku terjemahkan simbol gak jelas gini”. Sudah sebulan ini, hampir setiap hari Ilma selalu didatangi amlop misterius di depan rumahnya, tanpa ada identitas yang jelas. Terkadang berisi puisi, lain waktu isinya nasehat, walah-walah pokoknya kalau dibikin sebuah buku, penerbit dah siap buat terbitkan.

            Ilma memang sedikit ceplas ceplos, tomboy-nya suka timbul tenggelam. Kadang kala cueknya nggak bisa dibendung. Walaupun di cassingnya dia lebih banyak tampil sebagai muslimah yang kalem. Tapi dia cerdas, dan bisa memposisikan dirinya kapan harus kalem, kapan harus  banyak argumen. Kali ini cueknya mendominasi. Masa bodoh dengan kertas simbol itu, dia lempar ke dalam laci mejanya setelah dia lipat rapi, “ Siapa tau bisa jadi bahan penelitian, tinggal bikin proposal, dan cari dosen pembimbing, lulus deh! He”” cengas-cengisnya santai.

“Sudah hampir tahun ketiga perasaanku menari bebas, tak jelas, tak ada yang mengerti, kecuali yang menciptakan rasaku….aku bukan patung, aku bukan hewan, aku juga bukan iblis, apalagi malaikat. Kalau sabar tak ada batasnya? Apa perasaan tak ada batasnya juga........Tuhaaannnnn........

             Belum tuntas, tiba-tiba gelombang radio dari airphone yang menempel di telinganya keluarkan suara yang sepertinya perlu ada perhatian khusus untuk pahami maknanya.

“Al-wadud terambil dari kata yang terdiri dari huruf wawu dan dal berganda, yang mengandung arti “cinta” dan “harapan”. Ahli tafsir al biqo’i menambahkan, rangkaian huruf tersebut mengandung arti “kelapangan” atau “kekosongan”. Ia adalah kelapangan hati dan kekosongan jiwa dari keinginan buruk. Bukankah yang sekedar mencintai sekali-kali hatinya kasal terhadap kekasih yang dicintainya...? ya....kata ini punya makna cinta. Ia adalah cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan”.

            “Dalam alqur’an al wadud ditemukan dua kali, dalam konteks anjuran tobat(Q.S.hud;90) kedua tentang konteks sifat Allah(Q.S. Al Buruj:12-!3). Menurut Quraisy Shihab, kata ”wadud” dapat dipahami dalam arti obyek “yang mencintai dan yang mengasihi” dan dalam arti subyek yakni “yang dicintai”. Allah wadud yakni yang dicintai makhlukNya dan Dia pun mencintai mereka, kecintaan yang tentu saja tampak dalam kehidupan nyata.

            “Komentator  Alqur’an kontemporer Muhammad Asad menambahkan  menanamkan cinta (endow with love) makna itu dipahami dari Q.S Maryam : 96, dan dia mengatakan Bestow on them his love and endow them with the capability to love his creation, as well as them to be loved by their fellow men ”( menanamkan kepada mereka cintaNya  dan menanamkan (pula) kepada mereka dengan kapabilitas untuk mencintai ciptaanNYa, serta saling mencintai sesama manusia

 “Andai mampu........... kan qberikan cintaku untukmu atas Tuhanq...

            Akhir kalimat itu sempat DJ menyebut bahwa paragraf singkat yang susah dimaknai oleh Ilma itu adalah untuk dirinya. Ini juga, dari si misterius.......! bener-bener ini orang siapa siiichh? Bosan aku, tapi tiap kalimatnya emang ada benernya juga”, celetuk Ilma dengan kesal sekaligus penasaran. “ Saatnya mungkin besok akan kucek ke radio yang bersangkutan ini”

            Belum tuntas ia melayang-layang dengan urusan hatinya, kini kabar buruk menimpanya, kabar yang membuatnya benar-benar ingin berontak, kabar yang buatnya benar-benar seketika buat tensi darahnya naik, kabar yang buatnya ingin seolah membelah bumi tempat ia berpijak, protes pada sang Illah, marah sejadi-jadinya pada Sang Robbul Jalil, karena orang yang selama ini telah memicu semangatnya, yang selama ini membangkitkan ghirahnya pada ilmu meluap-luap, yang selama ini juga buat dia lemas seketika, tak berkutik ketika berhadapan dengannya, tak sanggup walau hanya sekedar melihat tatapan matanya, yang selama ini sistem transportasi darah mengalir seolah tanpa melalui bilik, jantungnya yang selalu berdentum hebat, kalahkan pentasnya justin bieber bersama  loncatan jutaan fans  ketika Ilma komunikasi dengannya, yang tiap malam dalam pejaman matanya dia selalu hadir, yang merubahnya tiba-tiba sok melankolis, yang buat dia jadi gila di atas khyalan sadarnya, sungguh kejamnya dunia padanya saat itu, yang buatnya jadi kembali gelap.

            Sani….. lima menit yang lalu, mobil MPV dengan nomor polisi AE 4115 IH telah mengirim signal pada Izrail untuk segera mengantar Sani menyerahkan laporan pertanggung jawaban masa hidupnya terhadap Illahi Robbi,,,,,,(innalillahi wa inna ilaihi roji’un). Linangan air mata Ilma menetes bersamaan dengan dikirimnya berita bahwa, ozi akhirnya berhasil memanipulasi dokumen-dokumen persyaratan dia berangkat ke Australia. Parahnya, entah bagaimana akal busuk manusia berhati batu itu telah memakai semua nilai-nilai hasil ujian yang sebenarnya milik Ilma dia atas namakan dirinya. Otomatis Ilma gagal 100% berangkat ke Australia dengan beasiswa itu. Padahal ini harapan, impian, dan keinginan akbar Ilma yang selama ini ia perjuangkan berjalan bersama harap-harap cemas perasaannya pada Sani. Dalam deretan pengumuman itu ada nama Sanni yang sebenarnya juga turut berangkat. Namun ajal telah lebih dulu datang menjemputnya.

            Banjir air mata Ilma justru lebih banyak tumpah karena Sani yang selamanya tak kan pernah kembali   ia tatap, Cinta yang selama ini belum pernah sedikit pun tersampaikan, harus kembali ia tanam dalam-dalam. Padahal selama ini Sang misterius itu ternyata adalah Sani. Sani telah lama mangagumi Ilma, dia sengaja menjadi pemuja rahasia karena ingin membuktikan seberapa jauh Ilma tertarik padanya. Dia tak ingin semuanya instan, terjebak nafsu sementara, yang tak pernah diketahui kemana arahnya. Dia sengaja menjadi detektif untuk mengetahui batin terdalam Ilma. Walaupun Sani atau Ilma juga suka padanya. Keterangan ini dia temukan dalam dokumen-dokumen pribadi Sani yang tersimpan di dalam folder komputer yang oleh adiknya diperlihatkan pada Ilma, remuk tulang-tulang Ilma ketika ia temukan sederat kalimat yang tertulis :

“ Australia menjadi impian terbesarku tuk berlabuh, kembangkan lipatan-lipatan otak yang selalu haus akan ilmu bersamamu..wahai az zahra qalbuku, kan kubangun gubuk kecil di sana, beratap semangat, beralas jutaan rasa penasaran akan luasnya pengetahuan, pintunya adalah uraian senyumanmu, jendelanya berupa rangkaian fitrah cintaku, kesabaranku tak akan berujung sampai pintu hatimu dapat kuketuk, wahai Ilmaku……”

Tak ada yang bisa Ilma lakukan selain getarkan bibirnya seraya berbisik…”YA WADUD,  KUATKANKU.  .” lirih Ilma dalam deraian air matanya.


Komentar Yuk..