Oleh : Fauzan Anwar Sandiah
Hari ini (6/12/2011) saya bersama
beberapa rekan dari Bem-J BKI, mengadakan silaturahmi ke kediamannya Dr. Moch
Nur Ikhwan. Dr. Moch Nur Ikhwan merupakan salah satu dosen di Fakultas Dakwah
UIN Sunan Kalijaga, yang popular dengan keilmuannya, di bidang Studi Islam dan
Filsafat, beliau juga merupakan kepala salah-satu Program Studi di Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga. Kebetulan saya sedang tidak kuliah jadi ketika ada pesan,
untuk bergabung sekedar silaturahmi pun syukur bisa saya penuhi. Sekiranya
saat-saat seperti ini, yang paling saya tunggu, karena jarang juga punya waktu
untuk berbicara ringan dengan Pak Ikhwan (panggilan akrab Dr. Moch Nur Ikhwan).
Selain karena beliau juga sangat sibuk, tentu kapan lagi bisa “nostalgia”
dengan Bpk. Ikhwan.
Singkat kata dari obrolan-obrolan
mengenai kondisi kesehatan, kami pun beralih pada beberapa permasalahan
perkuliahan, skripsi, tradisi akademik, dan sepatah kata nasihat. Dari obrolan
kami, tentu ada banyak hal-hal menarik yang tidak mungkin dapat direkam secara
detail, Cuma ada beberapa ide-ide yang muncul dari pembicaraan kami dan jika
memungkinkan Insya Allah akan coba saya refleksikan kembali kedalam tulisan
ini, “Refleksi Mahasiswa Akhir Tahun”
…
Bagi Pak Ikhwan seorang mahasiswa itu
jika ingin termotivasi dengan perkuliahan yang sedang dijalani adalah dengan
memiliki terlebih dahulu impian/cita-cita kedepan. impian akan mengarahkan
mahasiswa terhadap minat yang ingin ditekuni, hal inilah yang memungkinkan
terjadinya motivasi dalam pribadi mahasiswa. Dengan melihat impian sebagai
sesuatu yang harus dicapai, maka mahasiswa tentu akan memfokuskan setiap visi
gerakannya berjalan berdasarkan alur impiannya.
Impian menjadi seorang peneliti handal
tentu tidak cukup, meskipun harus diakui juga, memiliki impian adalah satu
langkah yang harus diapresiasi. Namun manusia hanya bisa sampai pada sesuatu, dengan
melewati proses dan tantangan yang berat. Sehingga ketetapan niat akan mencapai
impian, memerlukan perangkat yang disebut, planning.
Planning ini akan mempermudah jalan atau proses yang akan ditempuh.
Planning juga akan memberi space untuk
berinovasi sekaligus berstrategi. Ruang untuk berinovasi adalah kesempatan
mahasiswa untuk memasukkan aspek-aspek apa saja yang relevan dengan kemampuan
dirinya sehingga terus membuka celah untuk kreatif. sedangkan ruang untuk
berstrategi adalah melihat peluang “masa kini” dan peluang “masa depan” yang
nantinya akan jadi penunjang kedepan
Dengan begini mahasiswa akan memiliki “paketan
hidup”, yakni impian sekaligus planning. Impian dan planning bisa meningkatkan
kualitas diri mahasiswa. Sebagai warga akademik, peningkatan kualitas diri bisa menjadi jaminan atau pegangan dalam
ikhtiar. Dosen ataupun pihak luar akan selalu tertarik dengan mahasiswa yang
memiliki kualitas diri yakni cakap dalam keilmuan juga cakap dalam akhlaq.
Cakap dalam keilmuan berarti mahasiswa mampu menjalankan fungsinya sebagai
warga melek ilmu dan cakap akhlaq akan mengontrol mahasiswa dalam berdialektika.
Jadi kedua jenis kualitas ini akan selalu jadi prioritas utama kriteria dalam
melihat sumber daya manusia.
Impian akan membuka ruang untuk
berinovasi dan berstrategi yang nantinya juga akan membuka kecakapan keilmuan
dan kecakapan akhlak. Inilah yang seringkali lupa dipikirkan oleh mahasiswa.
Terkadang kecakapan intelektual tidak dibarengi dengan kecakapan akhlak
sehingga muncullah plagiarism, ataupun tidak memiliki kedua kecakapan tersebut.
Bagi Pak Ikhwan sendiri, ketika melihat masalah akademik mahasiswa ternyata
yang lebih banyak muncul adalah pragmatism.
Pragmatism mengarahkan mahasiswa pada
pencapaian impian dengan pola pragmatis. Pragmatism atau pertimbangan praktis
menjadi popular pada beberapa situasi yang mendukung terjadinya hal ini.
Mahasiswa yang ingin kecakapan kelimuannya mudah dilirik, memperbanyak
pembuatan makalah tapi, dari hasil mencuri karya mahasiswa lain. Mahasiswa yang
ingin cepat mendapatkan gelar sarjana, menyelesaikan tugas akhirnya dengan mencuri
hasil tugas mahasiswa lain.
Hal-hal demikian perlu untuk
dihindari, dan perlu juga dijadikan pelajaran untuk kedepannya. Lewat forum
refleksi mahasiswa akhir tahun ini, perlu dan harus ada yang dibenahi,
sebagaimana kata Rasulullah, yang menurut Prof. Amien Rais merupakan
sebaik-baiknya renungan adalah “barangsiapa yang masa sekarang lebih bagus dari
kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung, dan bila masa sekarangnya sama
dengan kemarin, maka dia termasuk orang yang merugi dan apabila masa sekarang
lebih buruk daripada hari kemarin berarti dialah orang yang bangkrut”.
Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah
Wa Fathun Qorib