Oleh : Yudi Setiawan
Mahasiswa Bimbingan & Konseling Islam 2011
Puasa adalah salah satu
bentuk ibadah yang sangat dianjurkan bahkan disaat-saat tertentu puasa
diwajibkan kepada orang-orang yang bertakwa, seperti pada saat puasa dibulan
Ramadhan yang akan segera datang ini. Ini menunjukan bahwa puasa sangat penting
bagi sebuah konsekuensi keimanan, sebagai ajang pembuktian bahwa kita adalah
orang yang beriman kepada Allah dengan menjalankan segala perintahnya termasuk
ibadah puasa.
Namun puasa tidak hanya
sebatas menahan untuk tidak makan dan minum dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari, atau dari imsyak sampai bedug mahrib seperti yang
terlihat oleh mata lahiriah saja. Namun Ada makna yang terdapat dalam ibadah
puasa. Puasa menjadi ajang untuk melatih kontrol diri menahan nafsu dari
sifat-safat buruk serta menahan dari hal-hal yang dilarang Allah dan agar
lebih mendekatkan kita pada sang Pencipta, Allah SWT.
Terdapat nilai-nilai
yang dapat kita ambil dari ibadah puasa. Salah satunya puasa juga mengajarkan
kita kontrol sosial, karena dengan berpuasa kita ikut merasakan penderitaan apa
yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung. seperti yang dapat kita
temui dikolong-kolong jembatan atau perumahan-perumahan kumuh di pinggiran
kota. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk hari itu saja mereka
tidak tau apakah akan mendapatkan uang untuk membeli makanan atau akan mati
kelaparan.
Jiwa sosial terhadap
orang yang kurang beruntung inilah yang dewasa ini mulai terkikis oleh budaya
hedonistik, individualisme, maupun akibat dari kapitalisme. menjadi sebuah
tugas besar bagi kita mahasiswa yang mempunyai peran sebagai “agent of change”
atau agen perubahan yang merubah ketidaksesuaian menjadi lebih baik. Melalui
peranannya inilah diharapkan mahasiswa mampu tergugah untuk merubah kemudian
mengawal segala bentuk tatanan sosial kearah kesejahteraan bagi rakyat.
Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah, itulah kata yang tepat. Jika kita menengok sejarah
berbagai perubahan yang terjadi di negeri ini tidak lepas dari peranan
mahasiswa. Seperti jatuhnya rezim Orde Baru menuju Reformasi pada tanggal 21
Mei 1998 . Orde Baru yang dinilai tidak bisa mensejahterakan rakyat dan
mengakibatkan krisis ekonomi berkepanjangan adalah salah satu sifat peka
terhadap apa yang dirasakan rakyat Indonesia pada saat itu. Ini pula yang
tertanam dalam nilai puasa yaitu ikut merasakan penderitaan yang dialami orang
lain, kemudian dari itu diharapkan akan membentuk pribadi sosial control.
Idealnya mahasiswa tidak
mendahulukan ego, kepentingan pribadi maupun organisasi diatas kepentingan
rakyat. Karena setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. semua tindakan
yang dilakukan dan hasil dari suatu perjuangan ditentukan juga oleh niat awal.
Apabila niat awal sebuah pergerakan hanya ingin menunjukan eksistensi diri atau
organisasinya maka mereka akan mendapatkanya, namun sumbangsihnya tidak akan
pernah berarti dalam ranah kemajuan bangsa.
Berawal dari niat yang
baik untuk memajukan kehidupan masyarakat, Mahasiswa harus berpuasa menahan ego
pribadi, maupun menekan kepentingan kelompok. Disamping itu mahasiswa juga
harus menanamkan dalam-dalam nilai kegigihan dalam berjuang melawan segala
bentuk ketidaksesuaian yang terjadi dan merubahnya menjadi lebih baik.
Seperti halnya ketika
berpuasa, ada saat-saat yang sangat sulit ketika menjalaninya yaitu saat
keadaan panas mengundang haus dan lapar. Perlu kesabaran serta kegigihan dalam
menjalaninya hingga bedug maghirb sebagai tanda berbuka puasa. Begitupun sebuah
perjuangan sebagai “agen of change”, segala perubahan tidak pernah terealisasikan
dengan hanya kesenangan melaikan melaui usaha-usaha nan gigih dan menjadikan
sabar menjadi teman dalam perjuangan.