Oleh : Fauzan Anwar Sandiah
Pagi
tadi (04/01/2012) saya menyempatkan diri untuk mengikuti seminar motivasi, yang cukup
menyisakan beberapa kesan mendalam. Apakah kesan mendalam tersebut?, mari kita
perhatikan kisah berikut ini. Pada pertengahan perjalanan seminar, sang
motivator berteriak lantang, “ayo siapa
yang berani maju kedepan, menjadi partisipan?”. Sejenak penonton diam,
dalam hati mungkin ingin menjadi partisipan, tapi ternyata tak satupun yang
maju, hingga selang beberapa menit kemudian, seorang wanita dengan sedikit
ragu-ragu mengangkat tangannya, “ehm,
saya pak!”. Dengan beberapa kerutan dikening penonton, wanita tersebut
dengan sedikit malu-malu melangkah naik keatas podium.
Motivator
tersenyum dan berkata, “ada yang ingin
saya berikan untuk anda”, dengan santai sang motivator merogoh dompet dari
sakunya, dan mengambil uang seratus ribu rupiah “Nah, sekarang, mbak pegang dan ambil uang ini”,..seketika itu para
penonton bergemuruh dan saling berbisik, bahkan terdengar beberapa sahutan
kekecewaan didalam ruang seminar tersebut, ada yang berkata, “tadinya saya ingin maju”, kemudian ada
yang menimpali, “wah beruntungnya dia”.
Diantara
200-an peserta seminar ternyata hanya ada satu orang yang berani tampil
didepan, dan tidak ada diantara mereka yang menduga bahwa seratus ribu rupiah
akan diberikan secara Cuma-Cuma!. Bisa saya lihat raut kekecewaan mengalir
diatas kepala mereka. Melihat kejadian tersebut sang motivator tersenyum dan berkata,
“tidak ada kesempatan kedua”,
disambut tawa setengah hati beberapa peserta.
Coba
sekarang pikirkan mengapa beberapa peserta kecewa dengan kejadian diatas?.
Kecewakah karena kesempatan mendapatkan uang seratus ribu lenyap seketika
didepan mata?. Jika memang seperti demikian maka ada yang belum kita ketahui,
yakni prinsip bahwa; benda, tidak lain
hanyalah sekumpulan sesuatu yang sebenarnya tidak ada!. Kira-kira pesan
inilah jua yang disampaikan oleh sang motivator hampir 80% dari pembicaraannya.
Maka
jika kita kecewa dengan hilangnya sebuah kesempatan mendapatkan ‘harta’ padahal
‘harta; tersebut hanyalah sesuatu yang tidak ada, mengapa harus kecewa?. Seluruh benda yang dipotong-potong atau dibagi
pasti akan habis!. benda berdasarkan pada kesepakatan yang umum, terdiri atas
proton dan neutron (meski sebelumnya disebut bahwa atom-lah materi terkecil yang
tidak mungkin dibagi lagi). Namun, dalam konsep islam, segala sesuatu itu
diciptakan dari yang tidak ada!. Sehingga apapun yang ada, dan eksis di dunia
ini pastilah sesuatu yang ‘tidak ada’ kecuali sang Khalik.
Sang
motivator berujar, Allah sebagai satu-satunya yang nyata, seringkali lalai atau
luput dari pandangan kita, sedangkan benda yang sesungguhnya tidak ada, malah
menjadi bagian dari objek yang setiap harinya dipelototi terus bahkan sampai
rela melakukan apapun demi mendapatkannya. Coba perhatikan diri kita sendiri,
andai kita disorot dari jarak 100 tahun cahaya, mungkinkah kecerdasan, kekayaan
kita terlihat?, beratus hektar kebun saja tidak nampak, apalagi kita (tubuh
kita)!, kita memang tidak ada apa-apanya, terus mengapa kecewa dengan
benda__uang seratus ribu itu?.
Dari
yang tidak ada, terdapat satu aktivitas yang masih bisa kita nalar pada tiap
benda (hidup-mati), yakni pergerakan kumpulan sekat-sekat dengan ruang kosong
pada bagian tengahnya. Alam semesta, gugusan bintang__galaksi, hingga himpunan
galaksi bergerak berdasarkan pada suatu aktivitas kecil dari tiap kumpulan
sekat tersebut. segala sesuatu hanyalah kumpulan sekat dengan ruang kosong
ditengahnya!
Jika
memang segala sesuatu itu hanyalah berupa ruang kosong, apa hikmahnya?. Hikmahnya
ialah bahwa Hanya Allah-lah yang ada.
Sebuah diksi klasik yang sulit dipahami bahkan dinalar. tapi inilah bukti bahwa
memang tidak ada segala sesuatu yang berada dimuka bumi ini yang tidak
diciptakan oleh-NYA, sehingga rumusnya sederhana saja, ingin mendapatkan apapun
tinggal mendekat saja kepada empu-NYA.
Tapi
mungkin jarang kita memanfaatkan hikmah ruang kosong ini. Hingga akhirnya hanya
kekecewaan semata yang ada didalam diri kita. Sibuk banting tulang, lalai bersyukur,
jarang “menghadapnya”-NYA hanya karena sesuatu yang sesungguhnya bukan apa-apa!.
Maka benarlah apa yang dikatakan kitab-NYA, bahwa segala sesuatu yang kita
upayakan hanya kesia-siaan belaka tanpa mengataskan asma-NYA. Ibarat debu yang
ditiup dan berhamburan. Karena semuanya sebenarnya tidak dibutuhkan-NYA. Maka,
apapun usaha dan upaya yang kita lakukan selalu kembalikan kepada-NYA.
Semuanya
hanya kumpulan sesuatu yang tidak ada. Tidak bermakna, tidak ada faedahnya,
kecuali kita, (sebagai juga bagian dari yang tidak ada tersebut) sujud
kepada-NYA, menyerah dan mengakui bahwa DIA-lah satu-satunya yang terlihat
sempurna karena memang sempurna, yang meski tidak bisa lihat, tapi bisa
disadari peran-NYA. Maka dengan begini tidak ada lagi penyakit-penyakit yang
perlu kita takuti ; kekecewaan, keterpurukan, dan ujian. Karena sekali lagi, ingat! Semuanya hanya sesuatu yang tidak
ada!
Insya
Allah, kita menjadi hamba yang dibanggakan-NYA. melalui mimbar sharing kali
ini, semoga pengetahuan serta kepribadian kita senantiasa mendapatkan bimbingan
dan perlindungan dari-NYA..
Demikian,
Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir
Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib