Rabu, 04 Januari 2012

Uang, Potongan Benda Dan Ruangan Kosong

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah


Pagi tadi (04/01/2012) saya menyempatkan diri untuk mengikuti seminar motivasi, yang cukup menyisakan beberapa kesan mendalam. Apakah kesan mendalam tersebut?, mari kita perhatikan kisah berikut ini. Pada pertengahan perjalanan seminar, sang motivator berteriak lantang, “ayo siapa yang berani maju kedepan, menjadi partisipan?”. Sejenak penonton diam, dalam hati mungkin ingin menjadi partisipan, tapi ternyata tak satupun yang maju, hingga selang beberapa menit kemudian, seorang wanita dengan sedikit ragu-ragu mengangkat tangannya, “ehm, saya pak!”. Dengan beberapa kerutan dikening penonton, wanita tersebut dengan sedikit malu-malu melangkah naik keatas podium. 

Motivator tersenyum dan berkata, “ada yang ingin saya berikan untuk anda”, dengan santai sang motivator merogoh dompet dari sakunya, dan mengambil uang seratus ribu rupiah “Nah, sekarang, mbak pegang dan ambil uang ini”,..seketika itu para penonton bergemuruh dan saling berbisik, bahkan terdengar beberapa sahutan kekecewaan didalam ruang seminar tersebut, ada yang berkata, “tadinya saya ingin maju”, kemudian ada yang menimpali, “wah beruntungnya dia”.

Diantara 200-an peserta seminar ternyata hanya ada satu orang yang berani tampil didepan, dan tidak ada diantara mereka yang menduga bahwa seratus ribu rupiah akan diberikan secara Cuma-Cuma!. Bisa saya lihat raut kekecewaan mengalir diatas kepala mereka. Melihat kejadian tersebut sang motivator tersenyum dan berkata, “tidak ada kesempatan kedua”, disambut tawa setengah hati beberapa peserta.

Coba sekarang pikirkan mengapa beberapa peserta kecewa dengan kejadian diatas?. Kecewakah karena kesempatan mendapatkan uang seratus ribu lenyap seketika didepan mata?. Jika memang seperti demikian maka ada yang belum kita ketahui, yakni prinsip bahwa; benda, tidak lain hanyalah sekumpulan sesuatu yang sebenarnya tidak ada!. Kira-kira pesan inilah jua yang disampaikan oleh sang motivator hampir 80% dari pembicaraannya.

Maka jika kita kecewa dengan hilangnya sebuah kesempatan mendapatkan ‘harta’ padahal ‘harta; tersebut hanyalah sesuatu yang tidak ada, mengapa harus kecewa?.  Seluruh benda yang dipotong-potong atau dibagi pasti akan habis!. benda berdasarkan pada kesepakatan yang umum, terdiri atas proton dan neutron (meski sebelumnya disebut bahwa atom-lah materi terkecil yang tidak mungkin dibagi lagi). Namun, dalam konsep islam, segala sesuatu itu diciptakan dari yang tidak ada!. Sehingga apapun yang ada, dan eksis di dunia ini pastilah sesuatu yang ‘tidak ada’ kecuali sang Khalik.

Sang motivator berujar, Allah sebagai satu-satunya yang nyata, seringkali lalai atau luput dari pandangan kita, sedangkan benda yang sesungguhnya tidak ada, malah menjadi bagian dari objek yang setiap harinya dipelototi terus bahkan sampai rela melakukan apapun demi mendapatkannya. Coba perhatikan diri kita sendiri, andai kita disorot dari jarak 100 tahun cahaya, mungkinkah kecerdasan, kekayaan kita terlihat?, beratus hektar kebun saja tidak nampak, apalagi kita (tubuh kita)!, kita memang tidak ada apa-apanya, terus mengapa kecewa dengan benda__uang seratus ribu itu?.

Dari yang tidak ada, terdapat satu aktivitas yang masih bisa kita nalar pada tiap benda (hidup-mati), yakni pergerakan kumpulan sekat-sekat dengan ruang kosong pada bagian tengahnya. Alam semesta, gugusan bintang__galaksi, hingga himpunan galaksi bergerak berdasarkan pada suatu aktivitas kecil dari tiap kumpulan sekat tersebut. segala sesuatu hanyalah kumpulan sekat dengan ruang kosong ditengahnya!

Jika memang segala sesuatu itu hanyalah berupa ruang kosong, apa hikmahnya?. Hikmahnya ialah bahwa Hanya Allah-lah yang ada. Sebuah diksi klasik yang sulit dipahami bahkan dinalar. tapi inilah bukti bahwa memang tidak ada segala sesuatu yang berada dimuka bumi ini yang tidak diciptakan oleh-NYA, sehingga rumusnya sederhana saja, ingin mendapatkan apapun tinggal mendekat saja kepada empu-NYA.

Tapi mungkin jarang kita memanfaatkan hikmah ruang kosong ini. Hingga akhirnya hanya kekecewaan semata yang ada didalam diri kita. Sibuk banting tulang, lalai bersyukur, jarang “menghadapnya”-NYA hanya karena sesuatu yang sesungguhnya bukan apa-apa!. Maka benarlah apa yang dikatakan kitab-NYA, bahwa segala sesuatu yang kita upayakan hanya kesia-siaan belaka tanpa mengataskan asma-NYA. Ibarat debu yang ditiup dan berhamburan. Karena semuanya sebenarnya tidak dibutuhkan-NYA. Maka, apapun usaha dan upaya yang kita lakukan selalu kembalikan kepada-NYA.

Semuanya hanya kumpulan sesuatu yang tidak ada. Tidak bermakna, tidak ada faedahnya, kecuali kita, (sebagai juga bagian dari yang tidak ada tersebut) sujud kepada-NYA, menyerah dan mengakui bahwa DIA-lah satu-satunya yang terlihat sempurna karena memang sempurna, yang meski tidak bisa lihat, tapi bisa disadari peran-NYA. Maka dengan begini tidak ada lagi penyakit-penyakit yang perlu kita takuti ; kekecewaan, keterpurukan, dan ujian. Karena sekali lagi, ingat! Semuanya hanya sesuatu yang tidak ada!

Insya Allah, kita menjadi hamba yang dibanggakan-NYA. melalui mimbar sharing kali ini, semoga pengetahuan serta kepribadian kita senantiasa mendapatkan bimbingan dan perlindungan dari-NYA..

Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib

Komentar Yuk..