Jumat, 13 Januari 2012

HARI TOMAT ; Pembawa kebencian dan Penukar Kebahagiaan

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah



Pagi menjelang siang itu, seorang guru taman kanak-kanak berujar kepada para muridnya, “anak-anak, sekarang ibu punya pertanyaan buat kalian semua”, “pertanyaannya apa bu…” teriak siswa taman kanak-kanak kompak. “tolong jawab dengan jujur, ya…”, “baik bu…”

“sekarang coba angkat tangan yang merasa memiliki seseorang yang paling dibenci”, hampir Sembilan puluh persen dari anak-anak tadi mengangkat tangannya. “sekarang, yang punya teman dibenci lebih dari satu mana?”.  Tiba-tiba seorang anak dengan antusiasnya mengangkat tangan sambil berteriak, “saya bu!”..sang guru mendekat dan bertanya dengan halus, “berapa banyak orang yang kamu benci nak?”. “ada lima orang bu..” jawab anak tersebut dengan polos.

“baiklah nak, diatas meja ibu ada beberapa tomat, sekarang kamu ambil tomatnya sebanyak jumlah orang yang kamu benci, kemudian simpan tomat tersebut dalam tasmu dan bawalah tomat itu kemanapun kamu pergi”. Dengan cepat sang anak lari menuju meja tersebut dan mulai mengambil beberapa tomat seraya dimasukkan kedalam tasnya.

Bel sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. Sang anak mendekati gurunya dan bertanya, “apakah ke sekolah besok pun, harus dibawa tomatnya, bu?”, “ya, nak” jawab sang guru dengan senyum.

Keesokan harinya, sang anak terlihat bahagia membawa tomat-tomat tersebut, dan malah memamerkan kepada rekan-rekannya. Hingga masuk pada hari ketiga, dia mulai merasa tidak nyaman karena selain berat, tomat-tomat tersebut terlihat mulai pecah dan membusuk. Tapi sang anak mencoba untuk tidak perduli. Hingga pada hari keempatnya, sang anak mulai tidak tahan dengan bau tomat-tomat yang telah membusuk, sang anak mendekati sang guru dan berkata, “bu guru, badan saya terasa capek membawa tomat-tomat yang berat ini, baunya juga busuk bu”, jawab anak tersebut dengan wajah memelas.

Dengan senyum tipis sang guru memegang pundak sang anak dan berjongkok didepannya. Ditatapnya wajah sang anak dengan lembut kemudian dia berkata, “nak, tomat-tomat yang kamu bawa dengan berat, dan busuk itu ibarat kehidupan dengan memupuk kebencian pada orang lain, jika engkau memperbanyak orang yang kamu benci maka, beban hidup akan kamu bawa terus, dan itu amat tidak menyenangkan, kamu akan memikul terus beban yang berat, dan bau busuk yang menyengat hari-harimu”

“membenci seseorang bukan jalan terbaik untuk menjalani hidupmu”, sang anak tertunduk lesu dan mulai memancarkan kesedihan yang mendalam sehingga tak lama kemudian sang anak langsung memeluk sang guru dengan isak tangis sendu.

“bu guru, maafkan aku…” ungkap sang anak sambil mengusap-usap air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya. “aku salah bu,..aku sudah membenci bapak dan ibuku, aku sudah membenci saudara-saudaraku, aku sudah membenci teman-temanku..,”

Sang guru dengan wajah yang penuh empati, berkata “nak, nanti jangan lupa salamin dan cium kedua orangtuamu ya…salamin saudaramu, dan tersenyumlah bersama teman-temanmu, bu guru yakin, kamu akan lebih tentram dan nyaman dengan itu, kamu tidak akan lagi mencium bau busuk dihati dan hidupmu, Insya Allah kamu akan menjadi kesayangan Allah, nak”


“baik bu, saya akan berusaha tidak membenci lagi…” jawab sang anak sambil mencium kedua pipi gurunya tersebut, kemudian berlari mengambil tas dan keluar dari kelas dengan langkah yang mantap dan penuh kenyamanan

Komentar Yuk..