Oleh : Fauzan Anwar Sandiah
Pagi menjelang siang itu,
seorang guru taman kanak-kanak berujar kepada para muridnya, “anak-anak,
sekarang ibu punya pertanyaan buat kalian semua”, “pertanyaannya apa bu…”
teriak siswa taman kanak-kanak kompak. “tolong jawab dengan jujur, ya…”, “baik
bu…”
“sekarang coba angkat tangan
yang merasa memiliki seseorang yang paling dibenci”, hampir Sembilan puluh
persen dari anak-anak tadi mengangkat tangannya. “sekarang, yang punya teman
dibenci lebih dari satu mana?”. Tiba-tiba
seorang anak dengan antusiasnya mengangkat tangan sambil berteriak, “saya
bu!”..sang guru mendekat dan bertanya dengan halus, “berapa banyak orang yang
kamu benci nak?”. “ada lima orang bu..” jawab anak tersebut dengan polos.
“baiklah nak, diatas meja
ibu ada beberapa tomat, sekarang kamu ambil tomatnya sebanyak jumlah orang yang
kamu benci, kemudian simpan tomat tersebut dalam tasmu dan bawalah tomat itu
kemanapun kamu pergi”. Dengan cepat sang anak lari menuju meja tersebut dan
mulai mengambil beberapa tomat seraya dimasukkan kedalam tasnya.
Bel sekolah berbunyi, semua
siswa berhamburan keluar kelas. Sang anak mendekati gurunya dan bertanya,
“apakah ke sekolah besok pun, harus dibawa tomatnya, bu?”, “ya, nak” jawab sang
guru dengan senyum.
Keesokan harinya, sang anak
terlihat bahagia membawa tomat-tomat tersebut, dan malah memamerkan kepada
rekan-rekannya. Hingga masuk pada hari ketiga, dia mulai merasa tidak nyaman
karena selain berat, tomat-tomat tersebut terlihat mulai pecah dan membusuk.
Tapi sang anak mencoba untuk tidak perduli. Hingga pada hari keempatnya, sang
anak mulai tidak tahan dengan bau tomat-tomat yang telah membusuk, sang anak
mendekati sang guru dan berkata, “bu guru, badan saya terasa capek membawa
tomat-tomat yang berat ini, baunya juga busuk bu”, jawab anak tersebut dengan
wajah memelas.
Dengan senyum tipis sang
guru memegang pundak sang anak dan berjongkok didepannya. Ditatapnya wajah sang
anak dengan lembut kemudian dia berkata, “nak, tomat-tomat yang kamu bawa
dengan berat, dan busuk itu ibarat kehidupan dengan memupuk kebencian pada
orang lain, jika engkau memperbanyak orang yang kamu benci maka, beban hidup
akan kamu bawa terus, dan itu amat tidak menyenangkan, kamu akan memikul terus
beban yang berat, dan bau busuk yang menyengat hari-harimu”
“membenci seseorang bukan
jalan terbaik untuk menjalani hidupmu”, sang anak tertunduk lesu dan mulai
memancarkan kesedihan yang mendalam sehingga tak lama kemudian sang anak
langsung memeluk sang guru dengan isak tangis sendu.
“bu guru, maafkan aku…”
ungkap sang anak sambil mengusap-usap air mata yang terus mengalir dari kedua
mata indahnya. “aku salah bu,..aku sudah membenci bapak dan ibuku, aku sudah
membenci saudara-saudaraku, aku sudah membenci teman-temanku..,”
Sang guru dengan wajah yang
penuh empati, berkata “nak, nanti jangan lupa salamin dan cium kedua orangtuamu
ya…salamin saudaramu, dan tersenyumlah bersama teman-temanmu, bu guru yakin,
kamu akan lebih tentram dan nyaman dengan itu, kamu tidak akan lagi mencium bau
busuk dihati dan hidupmu, Insya Allah kamu akan menjadi kesayangan Allah, nak”
“baik bu, saya akan berusaha tidak membenci lagi…” jawab sang anak sambil mencium kedua pipi gurunya tersebut, kemudian berlari mengambil tas dan keluar dari kelas dengan langkah yang mantap dan penuh kenyamanan