Didasari fenomena pembelajaran di Indonesia yang
lebih bersifat teoritis, seakan proses pembelajaran hanya merupakan proses
penumpukan fakta, konsep, dan teori semata, jurusan Bimbingan dan Konseling
Islam (BKI) mengadakan workshop laboratorium BKI. Dalam workshop yang
dihelat di Bandungan (19-20 Oktober 2012) ini membahas bagaimana agar
pembelajaran BKI tidak hanya masalah penyampaian materi belaka, melainkan
dengan cara lebih membekali mahasiswa dengan life skill dan budi
pekerti. Kedepannya diharapkan mahasiswa bisa mengenal betul kondisi masyarakat
secara komprehensif. Tidak lagi menghasilkan lulusan yang cenderung hidup di
dunia angan-angan dan tak mampu berbuat banyak terhadap lingkungan sekitarnya.
Salah satu pemikiran untuk mewujudkan tujuan
tersebut adalah dengan mengadakan laboratorium BKI dimana di dalamnya mewadahi
kuliah praktik dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Dalam praktikum diharapkan
mahasiswa bisa memperoleh berbagai informasi terkait bidang keahlian,
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan teori yang diterima di kelas, dan
memperoleh pengalaman kerja sesuai bisang keahlian.
Masalahnya, sampai saat ini pemikiran tentang
pengadaan laboratorium di BKI selalu mandeg hanya sampai wacana. Setiap
pembahasan belum sampai pada masalah teknis dan urung mewujudkan sebuah
laboratorium BKI yang jelas.
Salah satu langkah awal yang riil untuk mewujudkan laboratorium BKI adalah workshop laboratorium BKI ini. Dalam workshop ini, jurusan BKI mendatangkan akademisi dari Universitas Negeri Semarang,
Dr. Anwar Sutoyo.
Ketua Prodi BK Pascasarjana UNNES ini menggarisbawahi pengembangan laboratorium
BKI hendaknya tidak melupakan dasar segala sumber pendekatan BK yaitu Al Qur’an
dan Al Hadits.
Anwar Sutoyo juga menekankan hendaknya laboratorium BKI
tidak henti-hentinya menggali lebih jauh ayat Al-Quran untuk diterapkan di
bidang bimbingan dan konseling. Karena saat ini banyak konselor melakukan
pendekatan ke klien hanya mendasarkan pada teori-teori dari barat. Faktanya,
banyak pengalaman kasus yang dihadapi beliau, ada jawabannya di Al-Quran dan
Al-Hadits yang dijamin kebenerannya tanpa ada keraguan sedikit pun.
Sementara itu, dalam penyampaian materi sesi kedua,
Dr. Nurjannah mengadakan brainstrorming standar kompetensi yang seharusnya
dicapai oleh seorang Konselor Islami. Pula, langkah-langkah riil apa yang harus
diambil dan segera dilaksanakan untuk percepatan realisasi laboratorium BKI.
Targetnya dalam satu tahun kedepan laboratorium BKI sudah terealisasi. Bukan
mimpi lagi.(ahmd)
Sumber : http://dakwah.uin-suka.ac.id/berita/dberita/97