Senin, 14 Januari 2013

Dr. Anwar Sutoyo : Pengembangan Laboratorium BKI Hendaknya Tidak Melupakan Al Quran dan Al Hadits


Didasari fenomena pembelajaran di Indonesia yang lebih bersifat teoritis, seakan proses pembelajaran hanya merupakan proses penumpukan fakta, konsep, dan teori semata, jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) mengadakan workshop  laboratorium BKI. Dalam workshop yang dihelat di Bandungan (19-20 Oktober 2012) ini membahas bagaimana agar pembelajaran BKI tidak hanya masalah penyampaian materi belaka, melainkan dengan cara lebih membekali mahasiswa dengan life skill dan budi pekerti. Kedepannya diharapkan mahasiswa bisa mengenal betul kondisi masyarakat secara komprehensif. Tidak lagi menghasilkan lulusan yang cenderung hidup di dunia angan-angan dan tak mampu berbuat banyak terhadap lingkungan sekitarnya.

Salah satu pemikiran untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan mengadakan laboratorium BKI dimana di dalamnya mewadahi kuliah praktik dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Dalam praktikum diharapkan mahasiswa bisa memperoleh berbagai informasi terkait bidang keahlian, mendapatkan kesempatan untuk menerapkan teori yang diterima di kelas, dan memperoleh pengalaman kerja sesuai bisang keahlian.

Masalahnya, sampai saat ini pemikiran tentang pengadaan laboratorium di BKI selalu mandeg hanya sampai wacana. Setiap pembahasan belum sampai pada masalah teknis dan urung mewujudkan sebuah laboratorium BKI yang jelas.

Salah satu langkah awal yang riil untuk mewujudkan laboratorium BKI adalah workshop laboratorium BKI ini. Dalam workshop ini, jurusan BKI mendatangkan akademisi dari Universitas Negeri Semarang, 

Dr. Anwar Sutoyo. Ketua Prodi BK Pascasarjana UNNES ini menggarisbawahi pengembangan laboratorium BKI hendaknya tidak melupakan dasar segala sumber pendekatan BK yaitu Al Qur’an dan Al Hadits.

Anwar Sutoyo juga menekankan hendaknya laboratorium BKI tidak henti-hentinya menggali lebih jauh ayat Al-Quran untuk diterapkan di bidang bimbingan dan konseling. Karena saat ini banyak konselor melakukan pendekatan ke klien hanya mendasarkan pada teori-teori dari barat. Faktanya, banyak pengalaman kasus yang dihadapi beliau, ada jawabannya di Al-Quran dan Al-Hadits yang dijamin kebenerannya tanpa ada keraguan sedikit pun.

Sementara itu, dalam penyampaian materi sesi kedua, Dr. Nurjannah mengadakan brainstrorming standar kompetensi yang seharusnya dicapai oleh seorang Konselor Islami. Pula, langkah-langkah riil apa yang harus diambil dan segera dilaksanakan untuk percepatan realisasi laboratorium BKI. Targetnya dalam satu tahun kedepan laboratorium BKI sudah terealisasi. Bukan mimpi lagi.(ahmd)

Sumber : http://dakwah.uin-suka.ac.id/berita/dberita/97

Komentar Yuk..