Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga(BEM-J BKI UIN SUKA)

Website BEM-J BKI UIN Sunan Kalijaga

Bem-J BKI menerbitkan Buletin tri Bulanan, KONSISTEN

Sabtu, 24 Maret 2012

Wawancara bersama Budi Sarwono : "Apakah Hypnocounseling itu?"


Nama           : Budi Sarwono
TTL              : 21 November 1968
Alamat          :Jl. Sorosutan No.67 Yogyakarta
Sertifikasi     :
  1. International Certified Hypnotherapist - Banyan Hypnosis Center  California (2006)
  2. International Certified Time Line Therapist Practicionare TM (2008)
  3. Certified 5 PATH Practicionare (2006)
  4. International   7 PATH  teacher  certified (2006)
  5. Certified Hypnotherapist Trainer  - Indonesia Board of Hypnotherapy (2007)

Pekerjaan    :
  1. PT Jasatama Polamedia -Kompas Gramedia Group (1994 – 1997)
  2. Dosen STIE Tri Bhakti – Bekasi (1997 – 1998)
  3. Jurnalis Elektronik  (1998 – 2007)
  4. CEO  Indonesia Hypnosis Training Center (2007 - sekarang)
  5. CEO  Second Mind ; Spiritual OutBound Training Center (2010- sekarang)
  6. Sedang memasyarakatkan Hypnocounseling di sekolah sekolah
  7. Mengajar di Program studi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2012)


Bisa anda ceritakan sedikit mengenai Hypnocounseling/hypnosis?

Hypsnosis merupakan sebuah proses komunikasi persuasif, ini saya pelajari dulu di International Certified Hypnotherapist - Banyan Hypnosis Center  California, sebelumnya juga saya sempat belajar bimbingan dan konseling di Universitas Sanata Dharma, jadi saat selesai belajar Hypnosis di California, saya kemudian pulang ke Indonesia. Di Indonesia saya mencoba untuk mengolaborasikan antara Konseling dan Hypnosis, maka muncullah Hypnokonseling. Di Eropa sendiri, Hynosis sudah terkenal.

Secara nyata Hypnosis ini lebih banyak ditujukan pengaplikasiannya dimana?

Pengaplikasi hypnosis atau hypnocounseling adalah di sekolah, sebelumnya juga saya sudah banyak memberikan seminar/pelatihan kepada para guru, psikolog dan konselor terkait hypnocounseling. Meskipun sebelumnya saya ini seorang jurnalis akan tetapi sejak menulis buku hypnokonseling saya mendapatkan tawaran-tawaran untuk mempresentasikannya ke publik.

Bagaimana menerapkan hypnocounseling ini pada bimbingan & konseling?

Pada kenyataannya saat konselor atau guru pembimbing menerima klien/siswa, dan mereka mulai menjalankan proses konseling, dan siswa tersebut sudah bisa terselesaikan dengan teknik atau pendekatan bimbingan & konseling klasik, maka ini tidak perlu dilanjutkan dengan hypnocounseling, akan tetapi sekarang ini diferensiasi masalah sudah banyak, misalkan kecanduan merokok pada siswa. kalau Cuma diberi nasehat tentu tidak banyak membantu. Nah, pada saat itu kita bisa menggunakan hypnocounseling, tentunya dengan persetujuan atas kontrak yang kita bangun dengan siswa.

Berarti kita bisa mengatakan bahwa hypnocounseling itu merupakan pendekatan baru didalam konseling?

Absolute, yes!. sudah pasti. Hypnosis yang diterapkan dalam bimbingan & konseling sehingga menjadi Hypnocounseling adalah pendekatan baru.


*( Foto & Info Biodata : Data sendiri

Jumat, 23 Maret 2012

Wawancara Bersama Fuad Nashori : "Psikologi dalam Islam"


Nama         : H. Fuad Nashori, S.Psi, M.Si
Pekerjaan  : Dosen UII
Karya         : 
  1. Psikologi Sosial Islam (2007)
  2. Psikologi Kepemimpinan (Ed), (2010)
  3. Psikologi Mimpi (2011)
  4. serta 58 Penelitian, dan 13 Makalah di bidang Psikologi 


Apa sebenarnya yang menjadi pembahasan pokok dalam psikologi islam?

Psikologi islam merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang berbicara mengenai manusia, terutama persoalan Ruh. Ada beberapa hal yang menjadi inti didalam psikologi islam, antara lain mengenai  kajian terhadap perbedaan pandangan atas kepribadian manusia. Untuk mendorong kajian ini agar terus berkesinambungan kami membentuk Asosiasi Psikologi Islam, dan kajian kami rutin, ada yang tahunan dan adapula yang tiga tahunan sekali.

Bagaimana sebenarnya memadukan atau mengintegrasikan antara islam dengan disiplin ilmu seperti Psikologi?

Psikologi islam memang mendasarkan teori dari Al-Qur’an, Al-Hadits, dan beberapa data hasil penelitian yang tidak bertentangan dan mendapatkan verifikasi dari pihak yang mendalami Islam (‘Ulama). Proses memadukannya disebut Objektifikasi, yakni mengambil teori dari dalil islam dan kemudian diteliti lewat riset. Cuma memang yang menjadi persoalan orang kebanyakan adalah bagaimana jika seandainya teori dari Al-Qur’an bertentangan dengan data hasil riset?. Misalkan seperti teori bahwa orang yang melakukan sholat pasti akan terhindar dari perbuatan buruk, ternyata pada faktanya adapula orang yang intensitas ibadah (sholat)nya tinggi akan tetapi masih melakukan perbuatan buruk. Nah, apabila menemui hal seperti ini maka peneliti harus cermat dan jeli karena ini pasti terjadi kesalahan dalam penyusunan kerangka teorinya.

Siapa yang mempelopori kajian Psikologi Islam di Indonesia?

Dari segi tahun terbitnya literatur, saya (Fuad Nashori) dan pak Djamaludin Ancok adalah yang pertama, akan tetapi Pak Hanna Djumhana Bastaman ternyata juga telah membuat banyak artikel tentang psikologi islam sejak lama dan kebetulan beliau meminta saya untuk menjadi editor agar artikel tersebut dipublikasikan menjadi buku, Cuma memang dipublikasikan baru pada tahun 2000an.  Setahu saya memang ada beberapa ahli psikologi islam di Indonesia yang serius mengkaji bidang ini, antara Abdul Mujib, Yadi Purwanto, dll.

adakah isu-isu terbaru mengenai Psikologi Islam?, dimana biasanya mempublikasikan mengenai psikologi islam?

oh ya tentu ada, sekarang sedang ramai kajian mengenai karakter manusia. kajian dengan tema "karakter" sedang menjadi pembicaraan yang hangat. kami di Asosiasi Psikologi Islam menerbitkan jurnal tentang psikologi islam, bisa anda lihat di UII, kami juga punya rencana untuk membuat E-Journal Psikologi Islam, tapi masih sedang dibahas. Insya Allah bisa terkabulkan.


*wawancara dilakukan pada 23/03/2012, sumber biodata : http://data.dppm.uii.ac.id/?p=author&id=953200102

Kamis, 22 Maret 2012

BOM-F Mitra Ummah selenggarakan Pelatihan Konseling

keterampilan berkomunikasi, berempati, merupakan hal yang penting untuk dikembangkan. beberapa keterampilan inilah yang harusnya dimiliki oleh para calon konselor islam. melalui pelaksanaan Pelatihan Konseling, Badan Otonom Mahasiswa Fakultas Mitra Ummah (BOM-F Mitra Ummah), berharap banyak bisa membantu para calon konselor islam untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.

pelatihan ini akan diselenggarakan pada 23-25 Maret 2012, bertempat di Rektorat Lama UIN Sunan Kalijaga dengan mengambil tema, "Membentuk Kepribadian Konselor yang Berkarakter".

pelatihan ini akan mendatangkan Fuad Nashori, seorang pakar psikologi islam, sekaligus pengarang banyak buku dengan sekitaran tema yang sama sekaligus juga sebagai ketua Asosiasi Psikologi Islam, kemudian ada juga praktisi konseling, Achmad Masykur.

"pelatihan ini juga akan diselingi oleh kegiatan Outbond", Ungkap Abdul Latif sebagai Koordinator penanggungjawab pelatihan.

Rabu, 21 Maret 2012

BEDAH BUKU : “Penilaian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling”

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah


Bimbingan konseling yang mulai diperkenalkan sejak 1960-an di Indonesia, tanpa terasa telah mendapatkan aprsesiasi dan dukungan yang cukup baik di masyarakat. Meskipun pada implementasinya masih terdapat beberapa kekurangan, seperti penggunaan teori, aktifitas professional, dlsb yang semuanya ini berawal dari masih kurangnya aktifitas riset bimbingan dan konseling yang sesuai dengan “wawasan lokal”.

Dalam bidang psikologi perkembangan hal ini sebenarnya telah dilakukan oleh Monks, dan kemudian secara khusus didalam bimbingan dan konseling, oleh Winkel dalam bukunya Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan(2010). Maka dari itu diperlukan aktifitas yang mendukung penerapan bimbingan konseling di Indonesia sesuai dengan konteks sosio-kultural.

Bagaimana caranya?. Salah-satu yang ditawarkan oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto adalah dengan memperhatikan aktifitas riset/penelitian dalam bimbingan konseling. Menurut Arikunto, sebenarnya upaya riset dalam bimbingan konseling sudah ada, dan cukup baik, Cuma yang masih disayangkan adalah bahwa ternyata output dari riset tersebut tidak terlalu banyak membantu. Arikunto mengatakan tema/judul yang diangkat oleh guru pembimbing/konselor terjebak pada tema/judul yang sebenarnya menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tidak bermanfaat, misalkan riset mengenai “hubungan antara tingkat IQ dan tingkat Prestasi belajar”. Tema/judul seperti demikian tidak mengikuti syarat mengapa riset/penilitian, diantaranya ialah kemanfaatan, karena tanpa diteliti pun secara rasional sudah bisa terjawab.  

Buku ini sangat cocok bagi mahasiswa S1 bidang bimbingan dan konseling. Sebagai masyarakat ilmiah kita memang dituntut untuk bisa menghasilkan proposisi objektif mengenai sesuatu, sehingga pemahaman atas metodologi sangat penting. Meskipun pada buku ini yang lebih diunggulkan adalah aspek penelitiannya, tapi bukan berarti penilaian harus disepelekan. Hal ini disebabkan oleh keterkaitan antara penilaian dan penelitian, yakni sama-sama bertujuan untuk memperbaiki kualitas dari layanan bimbingan dan konseling.

Tujuan evaluasi yang melatarbelakangi penilaian dan penelitian, bisa saling bersinergi untuk mengangkat kualitas layanan bimbingan dan konseling, mengingat komentar beberapa ahli yang mulai memberikan warning betapa pentingnya bimbingan dan konseling.   


Judul                  :  Penilaian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling (Cet II, 2011)
Penulis               :  Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
Penerbit             :  Aditya Media
Harga                 :  Rp. 50.000,-

Selasa, 13 Maret 2012

Bimbingan Konseling Karir ; Tinjauan Kembali Teori Anne Roe

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah



Picture by : http://www.usborderlaw.com
Anne Roe (28 Agustus 1904- 28 Juni 1991), adalah seorang dosen di Universitas Arizona, sekaligus juga Psikolog ternama Amerika. Karyanya yang terkenal adalah The Psychology of Occupations (1959). Pandangan Roe mendapatkan respek yang baik dari ahli bimbingan konseling di Indonesia, Winkel menempatkan teori Roe sebagai bahan dalam memahami bimbingan karir.

Roe berpandangan bahwa corak pergaulan dan pendidikan keluarga akan mempengaruhi keputusan individu dalam memilih karir/jabatan. Gaya interaksi dan pendidikan didalam keluarga juga akan membentuk kebutuhan-kebutuhan individu.

Winkel (2010), orangtua yang memperlihat gaya interaksi hangat dengan oranglain cenderung membentuk anak untuk juga ikut membina hubungan hangat bersama oranglain, begitupun sebaliknya. Hubungan antara pemilihan karir atau jabatan dengan gaya interaksi “hangat-dingin” ini berkorelasi dengan klasifikasi atau kategori besar karir atau jabatan yang dibuat Roe, yakni (1). Person oriented, (2). Non-person oriented. Person oriented adalah jenis karir atau jabatan yang dalam pelaksanaannya banyak berhubungan dengan oranglain sedangkan non-person oriented adalah karir atau jabatan yang lebih banyak berhubungan dengan benda.

Individu yang tumbuh dan berkembang dengan kasih sayang diantara interaksinya dengan orangtua cenderung memilih person oriented sebagai tendensi karir atau jabatannya. Karir atau jabatan person oriented antara lain ; social working, penyedia jasa, konsultan dll. Sedangkan individu yang diperlihatkan oleh orangtuanya gaya interaksi dingin dengan oranglain akan cenderung pada klasifikasi kedua, yakni non-person oriented. Individu ini lebih cenderung pada pekerjaan berorientasi dengan benda seperti programmer, peneliti, petani dll (Winkel 2010).   

Person oriented digambarkan oleh Roe sebagai akibat dari terciptanya kebutuhan individu untuk diterima oleh oranglain, sedang non-person oriented adalah akibat dari terciptanya kebutuhan untuk merasa aman dan terlindungi (Winkel 2010).


Dukungan Psikologi Sosial

Hubungan antara pengalaman masa kecil terhadap masa depan individu atau mungkin spekulasi tentang peran faktor genetik bagi sikap dan perilaku membuat pembahasan yang menarik dalam kaitannya terhadap bimbingan karir.

Baron & Byrne (2005), menyatakan bahwa interaksi antara anak dan orangtua sebagian besar mempengaruhi masa depan mereka karena, keluarga merupakan tempat belajar dan memperoleh pengalaman. Ternyata apa yang dipandang oleh Roe mengenai hubungan interaksi individu dan kecenderungan individu untuk membina hubungan interaksi dengan oranglain juga sama dengan kesimpulan ; Dissanayake (2000), Foltz,dkk (1999), O’Leary (1995).

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pandangan Roe mengenai klasifikasi dasar karir atau jabatan dihubungkan dengan tendensi interaksi individu. Apabila individu memperoleh contoh dari orangtua yang mudah berinteraksi maka, individu akan memilih person oriented. jika tidak, maka individu akan memilih non-person oriented.  

Karir atau jabatan, interaksi dan dukungan psikolog sosial diatas membawa pada gagasan yang sama, yakni bahwa interaksi dengan orangtua mempunyai implikasi serius atas bagaimana mereka berinteraksi ketika dewasa dan secara otomatis ketika dipadankan dengan pandangan Roe, maka implikasi ini juga berhubungan dengan pemilihan karir atau jabatan.

Sebuah ilustrasi yang mungkin bisa menggambarkan bagaimana hal ini terjadi. Sebut saja Sam, seorang pemuda yang dibesarkan dilingkungan tentara dan politikus akhirnya memutuskan untuk ikut pendidikan militer selama beberapa tahun dan kemudian mendapatkan jabatan yang bergengsi dibidang ini. Tak lama kemudian seperti mengikuti jejak orangtuanya yang terjun di wilayah politik, akhirnya Sam memutuskan untuk juga ikut mengurus partai politik yang didirikan oleh orangtuanya (ayah).

Beberapa temuan mengejutkan mengenai peran genetik dalam sikap individu menggugah kita. Apa hubungannya dengan jabatan atau karir?. Sikap individu merupakan evaluasi terhadap aspek-aspek sosial yang juga berarti bahwa ini menyangkut pekerjaan/karir/jabatan sebagai bagian dari kehidupan kita. pandangan peran faktor genetik memang ditolak sebagai bagian yang mempengaruhi individu. Artinya penurunan sifat bawaan dari orangtua tidak ada, bahkan mahzab terpopuler tentang minat dan bakat yang terbaru bertemakan tentang pengaruh lingkungan-sosial(Sarlito, 2011).  Akan tetapi temuan dari Arvey, 1989 dan Keller, dkk 1992 (dalam Baron & Byrne, 2005) memperlihatkan hubungannya.

Pemikiran terjadi didalam otak dan otak merupakan organ yang memiliki pengaruh jelas genetiknya, ujar Baron & Byrne menanggapi bukti dari Arvey dan Keller. Pendapat George (1990) yang diambil oleh Baron dan Byrne turut mendukung penyimpulan bahwa faktor genetik banyak mempengaruhi watak dan pembawaan individu apakah cenderung positif atau negatif.

Pembawaan sikap positif dan negatif individu yang diturunkan dari orangtua akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut bersikap. Dengan kecenderungan positifnya individu akan selalu bersikap positif akan karir atau jabatan yang diperolehnya, sedangkan yang negatif akan cenderung tidak betah dengan karir atau jabatan yang tidak sesuai mood atau karakternya (banyak mengeluh).  


Otokritik dan Kritik

Menurut Winkel (2010) pada tahun 1972, Roe meninggalkan pandangannya sendiri mengenai pengaruh corak pergaulan yang mempengaruhi pemilihan karir atau jabatan. Meskipun demikian, Winkel berkeyakinan bahwa pandangan Roe ini masih memiliki relevansi bagai konselor karir. Sehingga Winkel memasukkannya kedalam salah-satu dari enam teori utama untuk menggambarkan perkembangan karir individu.

Kita juga perlu mempertanyakan mengapa ada anak seorang narapidana bisa memperlihatkan integritas moral yang baik?, atau mengapa ada pemimpin yang dibesarkan dari lingkungan yang bersahaja dimata koleganya dianggap diktator?. Dan perlu juga pendalaman mengenai apakah yang dimaksud dari esensi person oriented dan non-person oriented, apakah memang benar bahwa petani itu adalah jenis karir yang berakibat dari dinginnya interaksi dimasa kecilnya?. Bukankah ini seperti bertolakbelakang dengan pengetahuan umum kita akan keluarga petani yang sebagian besarnya justru berada dalam gotong-royong serta kesahajaan?. Dan bukankah mereka (petani) dalam studi lain mengatakan bahwa golongan ini memiliki solidaritas yang tidak terorganisir? (James Scott, 1989)

Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib

Sabtu, 10 Maret 2012

Bimbingan Konseling Islam Karier (BKI Karier) : Pengantar

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah



Karir tidak jauh berbeda dengan maksud yang terkadung dalam arti kata pekerjaan, meskipun Winkel mengatakan bahwa jika kata pekerjaan diterjemahkan kedalam bahasa inggris sebagai job,  employment, masih belum menyatakan makna keseluruhan dari kompleksitas makna pekerjaan bagi individu (WS. Winkel, 2010: 623-624). mungkin itu pula yang menyebabkan kata bimbingan konseling lebih tepat dipadu dengan karir, sebagai terjemahan dari career, dan makna terdekat dengan occupation,dan vocation daripada kata pekerjaan, dimana kata pekerjaan dianggap tidak mewakili kepuasaan dan ketertarikan individu pada aktivitas yang ditekuni, sehingga tidak melibatkan “panggilan hati” pada ketertarikan akan suatu aktifitas (WS. Winkel, 2010:623-624).

sejak 1908, founder bimbingan konseling, Frank Parson memulai disiplin ilmu ini, dengan gerakan bimbingan efisiensi kerja (istilah tim UNY, dalam BK Sekolah Menengah, 1993:1) yang sangat mempengaruhi sistem pendidikan di Amerika saat itu (khususnya pada usulan mengenai memasukkan unsur Vocational Guidance pada kurikulum). maka sejak awal, gerakan bimbingan telah berorientasi pada pembinaan individu terkait vokasi/karir. sehingga jika bimbingan konseling berbicara dalam konteks karir tentu tidak asing lagi, karena ini adalah awal embrio dari disiplin ilmu ini.

Individu dan karir

pandangan atau pemikiran seputar individu dan karir, beberapa beragam, ada yang memiliki kesamaan dan bahkan ada yang mengalami pengembangan. Frank Parson misalkan berasumsi bahwa dalam menentukan karir individu, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan korelasi terhadap kemampuan, dan tuntutan ideal dari sebuah pekerjaan, kemudian adapula pandangan kelompok Ginzberg, yang mengklaim cara pemilihan jabatan itu berjenjang, misalkan ada tahap fantasi(0-11 tahun), tahap tentatif(11-17 tahun), tahap realistis(17-25 tahun). kemudian ada Anna Roe, yang mengatakan bahwa perlakuan orangtua terhadap anak sangat mempengaruhi pemilihan karir(meskipun akhirnya juga disangkal oleh Anna Roe sendiri). kemudian adapula teorinya Donald Super (bagi penulis hampir mirip dengan teori kelompok Ginzberg, Cuma berbeda pada prinsip, serta tidak adanya pengakuan akan fase decline, dalam teori kelompok Ginzberg. untuk mengujinya lebih jauh memerlukan studi tentang metodologi yang digunakan oleh masing-masing). Donald Super memiliki pandangan akan perkembangan karier, growth, eksplorasi, pemantapan, pembinaan, kemunduran.

masih ada beberapa lagi pemikiran yang menyangkut individu dan karir didalam bimbingan konseling karir, namun pandangan Donald Super akan Vocational Maturity, bagi penulis merupakan konsep yang praktis dalam mendapatkan keterangan mengenai sejauh mana individu dan karir berhubungan. Vocational Maturity, atau kematangan vokasional, memberikan pedoman bahwa keberhasilan individu mengerjakan pekerjaan secara bertanggungjawab dan dengan kesadaran penuh dapat menjadi indikasi kematangan/pemantapan dengan karir tersebut. 

bagaimana Islam memandang?

untuk catatan tambahan mengenai mengapa bimbingan konseling karir (BK karir), diubah-judulkan menjadi bimbingan konseling islam karir (BKI Karir)?. pertimbangan praktisnya adalah karena bimbingan konseling islam merupakan bidang yang sedang penulis tekuni, dan yang kedua ini adalah upaya menggelorakan perspektif islam didalam disiplin ilmu, sehingga mungkin jika dianggap meng-asimilasi disiplin ilmu tidak juga benar sepenuhnya. setidaknya konsep integrasi-interkoneksi memberikan kemudahan dalam mendekati disiplin ilmu dengan “mengintervensinya” melalui pendekatan similarisasi. (tapi bukan sekedar menyamakan konsep secara apa adanya tapi juga tetap mengindahkan pendekatan konfirmatif dan korektif).
pada bagian ini akan menjadi sangat panjang jika penulis harus mencoba secara mendalam mengusutnya, selain juga karena keterbatasan kemampuan dalam kajian lintas perpspektif juga karena keterbatasan akan waktu. maka secara singkat disini akan dibahas mengenai mengapa BK Karir diubah-judulkan menjadi BKI Karir.

alasan pertama muncul secara pribadi dari penulis ketika membaca buku karangan Malik Badri (1996),Dilema Psikolog Muslim (sebelumnya ini merupakan karya terjemahan dari The Dilemma of Muslim Psychologists 1979, penulis belum mendapatkan informasi apakah karya ini telah mendapatkan revisi atau belum), kemudian ada buku Anwar Sutoyo, Bimbingan Konseling Islami Teori & Praktik(2009), dan banyak lagi, Zakiah Darajat, Jalaludin Rakhmat, Hannah Djumhana Bastaman dlsb, yang pada intinya melihat ada ketidakutuhan dalam melihat teori-teori psikologi mengenai manusia.  sehingga menyebabkan kesalahan fatal dalam kelanjutan implementasinya dalam applied science.

dalam konteks bimbingan karir, apakah individu yang memilih pekerjaan berdasarkan pada rasa puas, Vocational Satisfication sudah terselesaikan problemnya?. dalam bimbingan konseling islami (islam atau islami juga belum akan dibahas dalam tulisan ini), tema pokok mengenai manusia adalah tentang kembali kepada fitrah(Anwar Sutoyo, 2010:23,41), kembali pada fitrah berarti mengarahkan manusia berdasarkan pada potensi bawaannya (pada bagian ini harus penulis akui amat sangat luas jika membahas ini terutama karena ini menyangkut Al-Qur’an, maka kaidah-kaidah penggunaannya pun perlu dipertegas akan tetapi untuk menghindari terlalu luasnya cakupan pembahasan maka terkait metode, model tafsir silahkan melihat pada buku Anwar Sutoyo, Bimbingan Konseling Islami Teori & Praktik). konsep kembali pada fitrah ini berimplikasi pada keseluruhan padangan dalam bimbingan konseling islam, termasuk bimbingan konseling islam karir (BKI Karir).

juga berarti dalam konteks bimbingan konseling islam karir (BKI Karir), individu sebagai ciptaan Allah Swt tidak mungkin lepas dari tuntutannya sebagai makhluk yang hanya memiliki fungsi sebagai pengabdi. dengan kata lain segala macam karir tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai ini. pemahaman yang ditawarkan BKI Karir adalah bahwa semua pekerjaan, karir, jabatan itu ditujukan untuk mengabdi dan mencari keridhoan Tuhan.

dengan memulai pembahasan bimbingan konseling karir dalam tanah islam tidak lantas juga memandang jauh teori-teori yang sudah ada. akan tetapi perlu diingat teori-teori yang sudah dibangun dalam bimbingan konseling karir pun banyak mendapatkan sanggahan karena ketidakutuhannya. semisal teori Anna Roe, (dalam catatan WS. Winkel) diakui oleh Anna Roe sendiri memiliki kekurangan. berupa tidak memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pilihan jabatan.

Demikian, Wallahu a’lam bishshawaab,
Al-Fakir Illa Allah, Nashrun Min Allah Wa Fathun Qorib

Selasa, 06 Maret 2012

Mahasiswa Lakukan Pemboikotan

(MEDI, BKI Online, 6/03/2012) Fakultas Dakwah UIN SUKA, Akibat dari pelayanan sistem informasi akademik yang tidak memuaskan, hingga berujung pada bentrokan jadwal perkuliahan fakultas dakwah, sejumlah mahasiswanya melakukan pemboikotan perkuliahan. Terlihat disepanjang dinding fakultas bertuliskan “kuliah diliburkan”, dan masih ada lagi beberapa kalimat yang jelas terpampang di dinding, pintu dan tembok fakultas.

Ketika dikonfirmasi pada 6/03/2012, Abror Sodik selaku Pembantu Dekan I, mengetahui hal tersebut, beliau turut memahami kekecewaan yang dialami mahasiswa, beliau mengatakan bahwa diperlukan perhatian dan pemakluman atas kekurangnyamanan mahasiswa, dosen dalam pelayanan jadwal kuliah.

“kami sekarang lagi akan rapat pertemuan hari ini (06/03/2012, red), untuk membahas masalah ini lagi, mohon doanya biar berjalan lancar”

Sebelumnya juga mahasiswa fakultas dakwah sempat mengadakan audiensi di  ruang Dharma  Wanita  dengan pihak dekanat terkait keluhan tersebut pada senin 05/03/2012 lalu. Pada saat itu dekanat diwakili oleh abror sodik dan muchtar selaku bagian penanggungjawab pembuatan jadwal perkuliahan.   

Sabtu, 03 Maret 2012

Forum Komunikasi Mahasiswa BKI ; Laporan Kongres FKM BKI III

Oleh : Abdul Latif



“Satu Hati Jalin Komunikasi”, itulah tema besar yang diusung dalam kongres ke-III FKM (Forum Komunikasi Mahasiswa) BPI/ BKI se-Indonesia di Bandung pada tanggal 5-6 Januari 2012 lalu. Setelah sempat beberapa tahun mengalami kefakuman, hingga akhirnya pada 15-17 Juni 2011 Semarang In Formal Meeting menjadi mediasi silaturrahmi FKM BPI/ BKI  tepatnya di IAIN Wali Sangga. 

Sebanyak 39 mahasiswa BPI/ BKI dari PTAIN se-Indonesia yang hadir dalam kongres ke III FKM (Forum Komunikasi Mahasiswa) BPI/ BKI se-Indonesia antara lain: UIN Sunan Gunung Jati (Bandung), UIN Syarif Hidayatullah (jakarta), UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta), IAIN Wali Sangga (Semarang), IAIN Sunan Ampel (Surabaya), IAIN Sultan Maulana Hasanuddin (Banten), IAIN Raden Fatah (Palembang), IAIN Surakarta, IAIN Antasari (Banjarmasin), IAIN Raden Intan (Lampung), STAIN Purwokerto, STAIN Kudus, dan Universitas Al-Azhar Indonesia  menghasilkan beberapa poin penting yakni:

Terpilihnya kepengurusan FKM BPI/ BKI se-Indonesia periode 2012-2014

  1. Ketua Umum   : Siswo Ari Wibowo (IAIN Wali Sangga, Semarang)
  2. Sekertaris Jendral         : M. Ulil Arham (UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)
  3. Bendahara                   : Subhan (STAIN Kudus)
  4. Rapat kerja Nasional (RAKERNAS) ke- III FKM BPI/ BKI se-Indonesia akan dilaksanakan pada bulan April 2012 di Yogyakarta
  5. Adapun rekomendasi yang dihasilkan guna membangun jurusan/ Prodi BPI/ BKI se-Indonesia adalah sebagai berikut:


Rekomendasi Internal

  1. Mempertegas dan merumuskan kembali konsep FKM BPI/ BKI se-Indonesia sebagai basis konseling Islam
  2. Bersama-sama coordinator pengurus pusat  (KPP) dan coordinator pengurus wilayah (KPW) merumuskan pola sinergi dan pembagian kerja wilayah organisasi
  3. Membangun dan menguatkan lembaga kemahasiswaann jurusan/ prodi BPI/ BKI se-Indonesia yang sudah ada
  4. Meningkatkan administrasi, menegemen dan konsolidasi organisasi
  5. Melakukan pendataan kembali Jurusan/ Prodi BPI/ BKI se-Indonesia
  6. Meningkatkan kinerja dan komitmen pengurus serta anggota

Rekomendasi eksternal

  1. Mengembangkan keilmuan akademik bagi semua jurusan/ Prodi BPI/ BKI se-Indonesia
  2. Pentingnya penyediaan sarana dan prasarana guna meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa
  3. Program kerja lembaga kemahasiswaan harus sesuai dengan visi dan misi jurusan/ Prodi
  4. Melakukan advokasi kepada pihak-pihak yang terkait untuk segera membentuk suatu wadah bagi konselor  MuslimIndonesia

Ilmu Dakwah Basis Bimbingan Konseling Islami

Oleh : Rina Mulyani




Mempelajari ilmu konseling selalu identik dengan mempelajari dan menangani masalah. Berkutat dengan hal-hal yang sifatnya mengobati. Bahkan tidak jarang ketika berhadapan dengan orang-orang  yang berprofesi sebagai konselor dianggap mengerti segalanya, dapat membaca pikiran, dapat menebak kemauan pikiran, bahkan sempat disinggung konselor hampir-hampir dikatakan sebagai paranormal, demikian maindstream yang tertanam di sebagaian benak masyarakat terkait dengan profesi konselor. Sehingga harapan yang muncul, ketika bertemu dengan konselor, problem-problem bisa diatasi. 

Bagaimana dengan konselor di institusi pendidikan? Dr. MM. Sri Hastuti mengutarakan pandangannya, tidak sedikit konselor  selama ini memiliki penilaian yang belum sesuai dengan wadah yang seharusnya (selalu dianggap sebagai polisi sekolah), petugas pencatat tata tertib, menangani peserta didik yang memiliki  problem kedisiplinan, dan ajang curhat ria masalah percintaan para remaja. Padahal menurut beliau peran konselor lebih dari pada hal tersebut. Banyak perspektif yang kemudian muncul terhadap keberadaan seorang konselor hal itu disebabkan karena latar belakang perkembangan keilmuan konseling yang dirasa masih lambat dibandingkan dengan keilmuan yang lain.

Kemudian, jika di sini  Ilmu Dakwah disebut sebagai basis dari keilmuan Bimbingan Konseling Islami (BKI), lalu dimana posisi Bimbingan Konseling Islami itu  dalam bingkai ilmu dakwah?Bimbingan Konseling Islami yang akarnya telah muncul sejak  diadakan Seminar dan Lokakarya Nasional Bimbingan Konseling Islami I tanggal 15-16 Mei 1985 di UII ,Yogyakarta dengan promotor beberapa tokoh : Prof. Dr. Thohari Musnamar , Prof.Dr.Mulyani Martinah, Prof.Dr.Noeng Muhadjir, Prof.Dr. Zakiyah Derajat dkk. Bagaimana sebenarnya Bimbingan Konseling Islami ini memainkan perannya?  Apakah benar konseling dalam perspektif islam merupakan sebuah nasehat, ataukah justru konseling versi  islam lebih luas, lebih manarik, memiliki ciri khas dan memiliki tanggung jawab lebih dalam memainkan peran keilmuannya?

Jum’ah Amin Abd al-Aziz dalam “al-da’wah al-Qowa’id wa Ushul” membaginya menjadi dua kelompok : (1) Dakwah bi ahsani al Qowl, (2) Dakwah bi ahsani al amal”. Kemudian Syukriadi Sambas atas ijtihad ilmiahnya membagi menjadi empat kategori, yakni Irsyad Islam dan Tabligh Islam ( dakwah yang lebih banyak mengunakan media lisan ) dan Tadbir Islam dengan Tathwir/Tamkin islam(dakwah dengan perbuatan/tindakan nyata). (Zainal Arifin, 2009:2)

Reformulasi Definisi

Drs. H.Isep Zainal Arifin, M.Ag dalam bukunya Bimbingan Penyuluhan Islam memaparkan bahwa Bimbingan Konseling Islami memiliki basis Ilmu Dakwah. BK Islami dalam bingkai dakwah merupakan irsyad islam (yakni bagian pertama dari empat kategori yang dicanangkan oleh Jum’ah Amin Abd al-Aziz dalam “al-da’wah al-Qowa’id wa Ushul”) ,disiplin ilmu ini membentuk kompetensi utama yang fokus kajiannya adalah konseling religius dengan dasar teori sebagaimana disebutkan dalam literatur-literatur lain yakni Alqur’an dan Al Hadist serta teori-teori bantu yang sedang berkembang dan hasil-hasil riset yang terkait sejauh tidak bertentangan dengan sumber pokok. Dari istilah ini (Irsyad Islam) memiliki istilah lain yakni ta’lim, tawjih, maw’izhah, nashihah dan isytisyfa /psikoterapi (psikoterapi adalah cabang lain dari irsyad islam yang berbeda penjelasan dengan Bimbingan Konseling). Irsyad Islam, Zainal memaparkan merupakan proses pemberian bantuan terhadap diri sendiri(irsyad nafsiyah), Individu (irsyad fardiyah) atau kelompok kecil (irsyad fi’ah qolilah) agar keluar dari berbagai kesulitan dan memperoleh ridho Allah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Isep zainal kemudian melanjutkan bahwa BKI yang berkembang di lingkungan Perguruan Tinggi Islam, khususnya Fakultas Dakwah (karena perkembangan Konseling Islami memang berada di bawah naungan Fakultas Dakwah) tidak memiliki kesenjangan yang terlalu jauh dengan BK Konvensional yakni agar keluar dari berbagai problem yang dialami dindividu dengan kekuatannya sendiri. Sebagaimana yang dipaparkan,  perbedaanya terletak pada dasar nilai yang mewarnainya, yaitu BKI senantiasa mengaitkannya dengan norma agama sehingga lebih bersifat Psiko-teo-antroposentris yaitu konsep Bimbingan Konseling yang bersandar kepada kemutlakan Tuhan dan maksimalnya ikhtiar manusia, artinya tidak sekuler sebagaimana yang diajarkan freud, skinner, pavlov,dll.

Arah Pengembangan

Dalam hal ini Konseling terbagi dalam dua bentuk, yakni konseling psikologis dan konseling pendidikan. Dimana sejak tahun 1963 konseling memang masuk ke indonesia melalui jalur pendidikan, dan tidak dipungkiri jika dibandingkan dengan konseling psikologis konseling pendidikan di indonesia mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat. Apalagi dikukuhknnya konseling pendidikan sebagai sebuah profesi, menimbulkan kesan seolah-olah konseling hanya dimiliki oleh bidang pendidikan.. Konseling bidang pendidikan dibuka di Fakultas Tarbiyah, sedangkan konseling psikologis masih bertahan di Fakultas Dakwah.Tampaklah di sini konseling di lingkungan Fakultas Dakwah akan mengalami kebingungan ke mana arah pengembangannya, apakah ke konseling pendidikan atau konseling psikologis, hal ini terjadi karena ketiadaan paradigma epistimologi yang jelas.

Sebagai penutup tulisan ini Drs.H.Isep Zainal Arifn, M.Ag mengutarakan pendapatnya yang dalam hal ini penulis turut memberikan dukungan yakni kaitanya dengan dua arus konseling yang berkembang di indonesia, maka BKI tidak seharusnya mengarah kepada salah satu dari dua corak konseling tersebut. Tetapi justru memadukan keduanya dengan mengakar kepada paradigma kedakwahan. Hal ini mempertegas posisi BKI sebagai model Bimbingan Konseling   yang jelas memiliki substansi nilai yang berbeda. Bimbingan Konseling religius justru menjadi titik pembeda dengan Bimbingan Konseling lainnya  tanpa mengesampingkan teori dan disiplin ilmu konseling umum yang lebih dulu mapan dengan keilmuannya. Harapannya tipe dan model konseling religius menjadi media dakwah bagi konselor yang akan mengokohkan BKI di tengah masyarakat baik melalui jalur pendidikan maupun non pendidikan, sehingga memiliki religiusitas dan intelektualitas yang tinggi dalam menghadapi problematika  kehidupan.

Komentar Yuk..